Mohon tunggu...
Budi Hermana
Budi Hermana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keluarga/Kampus/Ekonomi ... kadang sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hari Bumi Tidak Membumi

22 April 2012   14:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:17 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13351035211405751609

Saya menduga hari bumi yang jatuh pada hari ini, tanggal 22 April 2012, tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Sebagian besar manyarakat pun tidak tahu persis mengapa dan kapan peringatan hari bumi ini dimulai. Mungkin ada masalah lain yang lebih mendesak. Yang diketahui oleh masyarakat adalah lingkungan terasa makin tidak bersahabat, misalnya. bencana alam seperti banjir, polusi, dan kebakaran hutan. Namun penurunan kualitas lingkungan tersebut tidak cukup menimbulkan kesadaran dan tindakan koletif untuk mencegahnya.

Kali ini saya tidak akan menjelaskan secara rinci tentang peringatan dan kampanye hari bumi yang dimulai tahun  1970, yang diinisiasi oleh senator Gaylord Nelson dari Amerika Serikat. Yang jelas, sudah 42 kali hari bumi ini diperingati, minimal oleh para penggiat lingkungan. Namun, apakah waktu puluhan tahun tersebut tidak cukup menahan kerusakan lingkungan? Rasanya bumi malah semakin menderita. Bumi semakin panas dan tidak bersahabat dengan penghuninya.

Saya membahas sekilas tentang kualitas udara di atas bumi, yang menjadi salah satu indikator penuruan kualitas lingkungan. Mari kita lihat dan cermati lagi kondisi lingkungan di Indonesia seperti yang disajikan pada Laporan pencapaian Millenimum Development Goals (MDGs) yang konvensinya sudah diratifikasi oleh sebagian besar negara di bumi ini. Ternyata, Indonesia dinilai mundur atau tidak ada kemajuan dalam mencegah emisi CO2. Kata PBB: Regressing/No Progress!

Selain Indonesia, 41 negara-negara di Asia memperoleh predikat terburuk itu dalam laporan MDGs yang dirilis PBB untuk edisi 2011/2012. Hanya 9 negara saja yang dinilai telah mencapai target penanggulangan emisi CO2, atau mendapat predikat Early Achiever, di antaranya adalah Makao, Korea Selatan, Filipina, Singapura, Nepal, dan Uzbekistan. Bahkan Indonesia pun harus kalah sama Timor Leste. Dari satu indikator itu saja jelas terlihat bahwa hanya sedikit negara yang peduli dalam mencegah emisi CO2 yang menimbulkan efek rumah kaca, penyebab utama bumi ini makin panas. Laporan status pencapaian target MDGs selengkapnya dapat dilihat di sini.

Sekarang mari kita simak sejenak tentang semakin menipisnya lapisan ozon karena emisi gas kloro fluoro karbon (CFC) dari mesin pendingin atau gas penyemprot aerosol yang tidak terkendali. Saat bumi semakin telanjang karena lubang ozon makin menganga, radiasi ultra violet dari matahari pun menghunjam bumi yang katanya dapat menyebabkan kanker. Yuk, kita lihat kondisi bumi versi NASA yang memperlihatkan semakin menipisnya lapisan ozon yang seharusnya menjadi garda terluar di angkasa untuk mencegah radiasi sinar ultra violet.

[caption id="attachment_173136" align="alignnone" width="601" caption="Lobang ozon semakin menganga (Sumber gambar: website NASA di http://ozonewatch.gsfc.nasa.gov)"][/caption]

Saat ini bumi terlihat semakin biru dan ungu yang mengindikasikan semakin berkurangnya lapisan ozon di atas bumi. Sungguh tidak mudah untuk mengembalikan warna bumi menjadi merah atau jingga yang menunjukkan ozon yang tebal melindungi bumi.

Entahlah, indikator pada peta NASA tersebut benar atau tidak karena saya bukanlah ahli lingkungan, bukan pula ahli membaca citra satelit yang untuk membuatnya perlu teknologi yang rumit. Saya hanya mencoba bersifat skeptis dan realistis saja. Toh. lingkungan sekitar saya terasa semakin panas, pengap, dan tidak bersahabat. Dan rasanya itu semua patut direnungkan bersama sambil bertanya: Mengapa? Apakah peringatan hari bumi memang tidak membumi, apalagi di bumi pertiwi ini?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun