Mohon tunggu...
Budi Hermana
Budi Hermana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keluarga/Kampus/Ekonomi ... kadang sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hujan Asam Mengancam Jakarta

17 April 2012   16:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:30 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini perubahan cuaca sungguh ekstrim di Jakarta. Pagi hari cerah, namun menjelang siang kabut bergelayut di atas ibukota. Perlahan-lahan kabut membentuk awan gelap. Bisa saja itu kabut dan awan itu berisi partikel polutan yang berhamburan dari knalpot kendaraan bermotor. Tiba-tiba hujan lebat mengguyur Jakarta. Kemacetan pun bertambah parah saat kendaraan menjejali jalan tol lingkar luar di selatan Jakarta.

[caption id="attachment_172282" align="alignnone" width="599" caption="Macet berbayar di bawah naungan kabut polusi ibukota (doc pribadi)"][/caption]

Apakah hujan bisa menyapu kabut polusi itu? Tentu bisa, namun hujan asam pun mengancam. “A scientist has said that the rain that falls in the capital is highly acidic because of the large quantity of pollutants in the air.” Itulah kalimat pembuka pada berita di The Jakarta Post (17/1/2012). Hujan di ibukota pun terasa “asam”.

[caption id="attachment_172283" align="alignnone" width="600" caption="Ibukota berselimut awan tebal dan hujan lebat, berasa asamkah? (doc pribadi)"]

13346755091194144281
13346755091194144281
[/caption]

Unsur kimiawi pada kabut polusi memang bisa bersenggolan dengan butir-butir air di udara. Saat polutan terperangkap dalam butir air maka mereka pun bersenyawa, dan hasil reaksi kimianya terbawa dalam butir air. Jutaan butir air pun jatuh ke bumi saat hujan tiba. Terjadilah hujan asam. Hujan asam memang menjadi fenomena di kota-kota besar yang kualitas udaranya memburuk. Bahkan fenomenanya sudah menjadi masalah global, seperti tergambarkan pada peta yang dikutip dari sini.

[caption id="attachment_172284" align="alignnone" width="597" caption="Hujan asam sudah menjadi fenomena global (sumber: go.hrw.com)"]

1334675633180575049
1334675633180575049
[/caption]

Dulu saat sekolah kita tahu air murni mempunyai tingkat keasaman pada skala 7 pH, artinya tidak asam dan tidak basa, normal-normal saja. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (US EPA) menyebutkan bahwa air hujan relatif sedikit asam karena CO2 larut membentuk asam karbonat lemah hingga pH-nya sekitar 5,6. Sejak tahun  2000, hujan asam terparah yang pernah melanda Amerika Serikat mempunyai pH sampai 4.3. Kontributor utama hujan asam adalah polutan udara umum yaitu Sulfur Dioksida  (SO2) dan Nitrogen Oksida (NOx). Melalui berbagai reaksi kimia gas-gas tersebut membentuk asam sulfat dan asam nitrat, dua jenis asam yang menyebabkan hujan asam. Nitrogen Oksida dan Sulfur Dioksida pada hujan asam bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama iritasi mata dan gangguan paru-paru seperti asma dan bronchitis.

[caption id="attachment_172285" align="alignnone" width="596" caption="Kendaraan bermotor, sumber polusi udara di Jakarta (doc pribadi)"]

13346757121928937861
13346757121928937861
[/caption]

Hujan asam merupakan dampak polusi udara. Kualitas udara pun semakin memburuk saat laju industrialisasi mulai menjadi-jadi. Eksploitasi sumber daya alam dengan teknologi tidak ramah lingkungan membuat alam makin menderita. Kehidupan modern yang tidak lepas dari energi listrik dan kendaraan bermotor harus dibayar mahal dengan udara yang semakin terasa pengap. Lihat saja citra satelit dari NASA di sini. Betapa bumi ini semakin merah membara sebagai indikator tingkat polusi yang makin tinggi. Warna biru dan hijau pun semakin berkurang di bumi ini.

[caption id="attachment_172286" align="alignnone" width="598" caption="Citra satelit, gambaran tingkat polusi udara di bumi (Sumber: NASA)"]

1334675891272480072
1334675891272480072
[/caption]

Selain asap kendaraan, polusi pun bersumber dari limbah asap pabrik dan kebakaran hutan. Indonesia yang disebut sebagai paru-paru dunia sering dilanda kebakaran hutan. Bukan saja gelondongan kayu yang tercerabut dari hutan-hutan tropis untuk dijadikan komoditas ekspor, asap kebakaran hutan pun ikut-ikutan “diekspor“ ke negeri tetangga. Gratis tapi bikin miris. Dampak lingkungan pun berkali lipat saat ancaman hujan asam karena kebakaran hutan seiring dengan menciutnya lahan hutan di negeri ini. Paru-paru dunia yang terletak di Indonesia pun dikhatirkan tidak sehat lagi, bahkan semakin memburuk saat hutan-hutan tropis dibabat abis. Laju pengurangan hutan Indonesia termasuk paling tinggi di dunia seperti terlihat dalam “World Deforestation Map”.

[caption id="attachment_172287" align="alignnone" width="595" caption="Paru-paru dunia makin memburuk (sumber: http://maps.howstuffworks.com)"]

1334676051799817576
1334676051799817576
[/caption]

Menurut National Geographic di sini, hujan asam menggambarkan berbagai bentuk siraman air yang mengandung asam nitrat dan sulfur dengan kadar tinggi. Hujan asam bisa juga terjadi dalam bentuk salju, kabut, atau partikel kecil bahan kering yang mengendap ke bumi. Tingkat keasaman tanah pun meningkat dan bisa menyebar ke danau, sungai, dan semua bentuk permukaan bumi yang tersentuh dengan hujan asam. Bangunan atau obyek berbahan logam atau berlapis kimia pun bisa rusak gara-gara hujan asam. Akhirnya, keseimbangan kimia pada alam terganggu yang bisa menjadi racun bagi kehidupan, baik manusia maupun hewan dan tumbuhan. Ekosistem pun terancam dengan hujan asam.

[caption id="attachment_172288" align="alignnone" width="595" caption="Masihkah ikan betah saat kolam pemancingan di ibukota ini berasa asam? (doc pribadi)"]

13346761821833791043
13346761821833791043
[/caption]

Solusi untuk mencegah hujan asam sebenarnya sederhana. Kurangi saja sumber polusi udaranya. Jangan biarkan hutan kita membara. Kasih hukuman bagi industri atau perusahaan yang limbahnya meracuni lingkungan. Polusi kendaraan bisa dikurangi dengan menggunakan transportasi publik – meskipun transportasi publik di ibukota masih bermasalah.  Uji emisi kendaraan jangan hanya sekedar asesoris dan rutinitas belaka tanpa ada penegakkan hukumnya. Bersepeda pun bisa membantu mengurangi polusi. Dan berbagai solusi lainnya yang sering dikampanyekan.

Namun kesederhanaan solusi tersebut tidaklah semudah membalikan tangan di lapangan. Semoga kita tidak menjadi patah arang dan pesimis. Setidaknya itu bisa dimulai dari masing-masing individu agar alam ini tidak semakin menderita. Mungkin lebih tepatnya, justru manusia makin menderita karena alam tidak bersahabat gara-gara ulah kita juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun