[caption id="attachment_172287" align="alignnone" width="595" caption="Paru-paru dunia makin memburuk (sumber: http://maps.howstuffworks.com)"]
Menurut National Geographic di sini, hujan asam menggambarkan berbagai bentuk siraman air yang mengandung asam nitrat dan sulfur dengan kadar tinggi. Hujan asam bisa juga terjadi dalam bentuk salju, kabut, atau partikel kecil bahan kering yang mengendap ke bumi. Tingkat keasaman tanah pun meningkat dan bisa menyebar ke danau, sungai, dan semua bentuk permukaan bumi yang tersentuh dengan hujan asam. Bangunan atau obyek berbahan logam atau berlapis kimia pun bisa rusak gara-gara hujan asam. Akhirnya, keseimbangan kimia pada alam terganggu yang bisa menjadi racun bagi kehidupan, baik manusia maupun hewan dan tumbuhan. Ekosistem pun terancam dengan hujan asam.
[caption id="attachment_172288" align="alignnone" width="595" caption="Masihkah ikan betah saat kolam pemancingan di ibukota ini berasa asam? (doc pribadi)"]
Solusi untuk mencegah hujan asam sebenarnya sederhana. Kurangi saja sumber polusi udaranya. Jangan biarkan hutan kita membara. Kasih hukuman bagi industri atau perusahaan yang limbahnya meracuni lingkungan. Polusi kendaraan bisa dikurangi dengan menggunakan transportasi publik – meskipun transportasi publik di ibukota masih bermasalah. Uji emisi kendaraan jangan hanya sekedar asesoris dan rutinitas belaka tanpa ada penegakkan hukumnya. Bersepeda pun bisa membantu mengurangi polusi. Dan berbagai solusi lainnya yang sering dikampanyekan.
Namun kesederhanaan solusi tersebut tidaklah semudah membalikan tangan di lapangan. Semoga kita tidak menjadi patah arang dan pesimis. Setidaknya itu bisa dimulai dari masing-masing individu agar alam ini tidak semakin menderita. Mungkin lebih tepatnya, justru manusia makin menderita karena alam tidak bersahabat gara-gara ulah kita juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H