Mohon tunggu...
Budi Hermana
Budi Hermana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keluarga/Kampus/Ekonomi ... kadang sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Alam, Kasihanilah Kami!

10 April 2012   01:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:49 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_170869" align="alignnone" width="609" caption="Indikator EPI 2012 (sumber: www.epi.yale.edu)"]

1334022881865574289
1334022881865574289
[/caption]

*****

Siapa yang harus disalahkan? Haruskah pemerintah lagi yang dimarahi karena tidak becus membuat program atau kebijakan pro lingkungan yang bisa membuat alam lestari. Atau, biarlah kita hanya meratap saja saat polusi dan sampah makin merajalela. Toh, dampak kerusakan lingkungan tidak akan terasa seketika atau dalam jangka pendek. Biarlah anak cucu kita saja yang merasakan akibatnya. Jika memang demikian, tidak perlu risau dengan peringkat-peringkat seperti ini.

Atau, patutkan kita menyalahkan diri sendiri atau lingkungan terdekat?  Bukankah kita pun tanpa disadari sering menganiaya alam. Seberapa banyak energi terbuang percuma saat lampu dan pendingin ruangan menyala percuma. Seberapa banyak kantong plastik terbuang saat kita borong belanja di pusat-pusat belanja modern. Mungkin kita asyik-asyik saja mengendarai mobil sendirian sejauh ratusan meter saja hanya untuk membeli pernak-pernik elektronik.

Ah, sudahlah. Toh semuanya itu klise dan normatif saja. Tidak ada solusi konkrit, termasuk dengan tulisan ini. Lingkungan tak butuh lisan hanya untuk diperhatikan. Tak perlu tulisan agar dikatakan: kami penuh perhatian! Tidak butuh basa-basi hanya untuk dianggap peduli. Lagian, alam tidak akan mendengar dan membacanya. Bicara pun tak akan. Bahkan, Alam tidak akan  berteriak ketika merasa dirinya makin sekarat. Alam bukan pula insan yang bisa mengiba agar dibelaskasihani. Justru kita-kita ini yang patut dikasihani. Bisa jadi, justru kita yang mengiba-iba saat alam tidak peduli dan menemani kita lagi. Saat alam murka, bukan karena mereka kecewa, namun akibat ulah manusia juga.

Alam, kasihanilah kami-kami ini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun