Terlepas dari perubahan pilar dan indikatornya, Indonesia terperosok di semua pilar pada NRI edisi 2012. Secara umum peringkat tersebut menunjukkan TIK belum dimanfaatkan dengan baik dan belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap daya saing Indonesia. Berikut Indikator yang posisinya di atas 100 negara, atau dianggap sangat mengkhawatirkan:
No. days to start a business: 124 Electricity production, kWh/capita: 109 Int’l Internet bandwidth, kb/s per user: 109 Secure Internet servers/million pop.: 109 Individuals using Internet, %: 118 Households w/ personal computer, %: 105 Households w/ Internet access, %: 109 Broadband Internet subscriptions/100 pop.: 103 Sedangkan lima indikator terbaik adalah sebagai berikut: Venture capital availability: 17 Capacity for innovation: 30 Gov’t procurement of advanced tech: 34 Mobile cellular tariffs, PPP $/min: 34 Quality of educational system: 44
Memang terkesan paradoks atau kontradiktif, Walaupun Indonesia dianggap memadai pada aspek ketersediaan dana, kapasitas inovasi, belanja teknologi oleh pemerintah, tarif seluler murah, dan mutu sistem pendidikan, tetapi semua itu tidak cukup kuat untuk mengangkat posisi Indonesia secara keseluruhan. Kadang ada kambing hitam yang dikorbankan, yaitu jumlah penduduk yang banyak, menempati urutan empat dunia, dan negara kepulauan yang tergolong terluas di dunia.
Posisi Indonesia tersebut patut dijadikan cermin bagi kita semua. Mudah-mudahan Indonesia tidak semakin terperosok lagi ke depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H