Alam atau buatan manusia bisa diakui sebagai warisan dunia. Itu tergantung pesona dan perannya dalam peradaban manusia. Tantangannya adalah apakah perbuatan dan buatan manusia itu mengganggu alam atau tidak. Manusia sebaiknya berharmoni dengan alam., termasuk ketika sumber alam disentuh oleh keahlian manusia menjadi mahakarya yang mempersona. Dan itu menjelma dalam sejarah dan budaya di Bali.
Kini keunikan alam dan budaya Bali menjadi perhatian dunia. Kami berenam pun singgah di Bali selama dua hari (8-9/03/2012). Cuma semalam bermalam di Kuta saja tidaklah cukup menggambarkan pesona Bali secara utuh. Namun itu tidak menghalangi untuk menelisik pesona Bali yang menggelitik. Ini tentang pesona Bali masa kini dan nanti. Pesona Bali yang bukan hanya untuk orang dewasa, anak dan remaja masa kini saja, seperti terlihat di pantai Kuta saat sore mulai berganti malam.
[caption id="attachment_165545" align="alignnone" width="612" caption="Ombak pantai Kuta tidak menyurutkan nyali anak-anak"][/caption] [caption id="attachment_165546" align="alignnone" width="613" caption="Pantai Kuta pun menjadi bukti cinta sepasang kekasih"]
[caption id="attachment_165549" align="alignnone" width="610" caption="Sendiri menanti mentari pergi di pantai Kuta"]
Sekilas Bali dari masa ke masa bisa dilihat pada website provinsi Bali di sini. Konon, pengaruh Hindu dari India yang masuk ke Indonesia diperkirakan memberi dorongan kuat pada lompatan budaya di Bali. Masa peralihan ini, yang lazim disebut sebagai masa Bali Kuno antara abad 8 hingga abad 13, dengan amat jelas mengalami perubahan lagi akibat pengaruh Majapahit yang berniat menyatukan Nusantara lewat Sumpah Palapa Gajah Mada di awal abad 13. Secara perlahan dan pasti, dengan upaya penyesuaian dan percampuran kedua belah pihak, Bali berhasil menemukan pola budaya yang sesuai dengan pola pikir masyarakat dan keadaan alam Bali. Budaya dan alam Bali jugalah yang menempatkan Bali sebagai surga dunia. Surga pun mulai tersaji ketika malam semakin temaram di Kuta Bali.
[caption id="attachment_165552" align="alignnone" width="609" caption="Geliat di pinggir pantai Kuta menjelang temaramnya malam"]
Sejarah belum berhenti kala sang waktu terus berjalan. Bali akan terus menggeliat, entah sampai kapan. Bali akan terus menapaki jalannya sendiri dengan sejarah dan budaya masa lalunya. Namun, selalu ada asa agar sejarah dan budaya Bali tak hilang. Seperti apa Bali di masa depan? Saudara-saudara kita di Bali lebih mengetahuinya, pun jadi penentu masa depannya.
[caption id="attachment_165554" align="alignnone" width="610" caption="Antusiasme para penjaga ritme eksotisme penari bali"]
*****
Ada dua obyek budaya di Bali yang sudah diajukan ke UNESCO untuk memperoleh predikat sebagai warisan dunia. Namun sampai saai ini, kedua status obyek tersebut baru sampai tahap: “Tentative List” bersama dengan 25 obyek lainnya, seperti dapat dilihat di sini. Obyek tersebut adalah Cultural Landscape of Bali Province yang diusulkan sebagai warisan dunia pada tahun 2007 dan Pura Besakih tahun 1995.
Indonesia baru memiliki 7 warisan dunia, yaitu Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), dan Situs Sangiran (1996) untuk kategori obyek budaya, serta Taman Nasional Komodo (1991), Taman Nasional Lorentz (1999), Hutan Tropis Sumatera (2004), dan Taman Nasional Ujung Kulon (1991) untuk kategori warisan alam.
Ya, alam pun bisa menjadi warisan dunia. Maksudnya bukan sekedar merekomendasikan dan memberi label sebagai tontonan saja. Namun, kadang alam memberikan tuntunan kepada penghuni bumi ini. Harmoni alam bisa punah jika kita tidak peduli. Semoga pesona alam Bali tetap lestari, termasuk sawah-sawahnya yang terkenal dengan subaknya.
[caption id="attachment_165556" align="alignnone" width="606" caption="Semoga sawah tidak tergerus Escavator yang kerap menggali bumi tanpa peduli"]
Bali juga belum mempunyai warisan budaya tak benda (Intangible World Heritage). Indonesia baru memiliki 6 warisan dunia tak-benda, yakni tari Saman (2011), Angklung (2010), Batik (2009), pendidikan dan pelatihan batik (2009), Keris (2009), dan Wayang (2009). Informasi lengkap mengenai 6 warisan dunia dari Indonesia tersebut dapat dilihat di sini.
[caption id="attachment_165562" align="alignnone" width="609" caption="Tari Topeng, layakkah mendampingi tari Saman sebagai Intangible World Heritage? "]
Menurut informasi yang dikutip dari sini, pada bulan Oktober 2011 International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) yang dipimpin oleh Augusto Villanonhad mengunjungi Candi Ulundanu Batur di Bangli, Daerah aliran sungai Pakerisan di Gianyar, Candi Taman Ayun di Badung, dan Catur Angga Batukaru di Tabanan. Kunjungan tersebut dalam rangka nominasi empat obyek tersebut sebagai situs warisan dunia, Komite dari Unesco akan menyelenggarakan pertemuan di Parin pada bulan Mei 2012 untuk memutuskan rekomendari dari Augusto Villanon. Jika disetujui sebagai warisan dunia, empat lokasi tersebut akan diberi nama sebagai "Bali Cultural Landscape Subak System".
[caption id="attachment_165559" align="alignnone" width="605" caption="Tegalalang, semoga sistem irigasi di bali tetap lestari"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H