Mohon tunggu...
Budi Hermana
Budi Hermana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keluarga/Kampus/Ekonomi ... kadang sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Aku Suka Kau, Medan!

28 Februari 2012   17:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:47 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apapun kata orang, Aku tetap merindukanmu. Biarpun bukan warga Medan, Aku tetap suka dengan gayamu sampai sudah lima kali menyambangimu. Bukan apa-apa, aku bisa belajar darimu tentang keterbukaan dan toleransi. Kau bisa jadi miniatur Indonesia yang ideal. Sungguh, harapan itu selalu ada di hatiku saat sembilu mencabik-cabik negeri ini.

Kini, Aku pun mendatangimu lagi. Biarpun pesawat Boeing 737 sempat terguncang sebelum mendarat di Bandara International Polonia tanggal 27 Februari 2012, pesonamu tak lekang oleh goncangan yang lebih hebat dari itu.  Goyang lidah malah menjadi andalanmu. Siapa yang tak beli bika ambon saat menjumpaimu? Selalu kue itu yang dipesan teman-temanku, ditemani dengan Duren Cake dan Kue Bolu. Sirup Markisa pun tak ketinggalan. Itu soal goyang lidah. Bagaimana dengan urusan cuci mata?

Soal kekaguman pesona wisata, Toba sebagai kaldera raksasa masih terpatri abadi di benak ini. Siapa yang tidak bangga, peneliti mancanegara pun begitu kagum dengan kaldera yang, konon katanya dalam sejarahnya, pernah meluluhlantakkan dunia, bahkan musin dingin pun menyelimuti hampir seluruh permukaan bumi ini. Itu gara-gara danau toba yang sempat murka di zaman purbakala.

[caption id="attachment_163819" align="aligncenter" width="425" caption="Danau Toba, konon murka kaldera raksasa nan cantik ini meluluhlantakan bumi di zaman purbakala"][/caption]

Bukan hanya Toba dan makanannya, apapun yang kau miliki selalu membuat kesan, terlepas kesan itu baik atau buruk. Toh, hidup memang penuh dinamika. Semuanya tetap menyenangkan bagiku. Semua dianggap sebagai hiburan dan penyegaran kala tugas utama harus diselesaikan dalam tiga hari dua malam. Tenggat waktu pekerjaan yang ketat pun tidak menjadi persoalan karena Aku masih bisa  menggaulimu sebagai penghilang penat, walau kadang pesonamu dianggap tak lazim.

Ketidaklaziman di kota lain mungkin menjadi hal yang biasa saja di Medan. Mungkin kita mengerutkan dahi melihat prilaku warga yang tak biasa di tempat lain, namun di sini, tak usah cerewet  menyikapi itu. Tak perlu marah-marah pula saat melihat sesuatu yang tak lumrah. Nikmati saja, Ini Medan , Bung!

Kecintaanku padamu membuat aku meilrik situs pemerintah kota Medan di sini, yang seharusnya menjadi penyayommu. Bukan untuk berpaling darimu, namun untuk lebih mengenal siapa dirimu selengkap-lengkapnya. Di situs kota medan di sini pun terkuak siapa dirimu yang sebenarnya, termasuk situs-situs budaya dan obyek wisata yang menjadi modal kau  untuk menggoda para pelancong. Salah satu bukti asal usulmu dengan sebutan “Medan Deli“ pun tersaji pada Mesjid Raya Kota Medan.

[caption id="attachment_163820" align="aligncenter" width="626" caption="Mesjid Raya Medan, warisan Kerajaan Islam Melayu Deli"]

13304318662141290565
13304318662141290565
[/caption]

Itulah dua contoh bukti dan saksi kehebatanmu di masa lalu. Lalu, bagaimana kiprahmu di masa kini? Wilayah kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Bukan hanya pada di Selat Malaka  saja, jalan-jalan pun kian padat dengan Becak Motor dan angkot. Keinginan menerbitkan becak membawa berkah lain bagi kota Medan: Sepak terjangnya mendominasi jalan-jalan yang terasa semakin sesak menyaingi Jakarta. Kiprah mereka pun bisa memaut apa saja di atasnya, bahkan merambah ke perumahan elit di kota Medan. [caption id="attachment_163821" align="aligncenter" width="622" caption="Becak Motor, pemda pun sempat membatasi daerah jelajahnya"]

13304320361135708416
13304320361135708416
[/caption] [caption id="attachment_163822" align="aligncenter" width="624" caption="Pilih becak motor saja, mana muat di taxi atau angkot?"]
133043215291414743
133043215291414743
[/caption] [caption id="attachment_163823" align="aligncenter" width="620" caption="Becak motor masuk ke perumahan elit"]
13304323201493294567
13304323201493294567
[/caption]

Penduduk kota Medan memiliki ciri penting yaitu multi etnis dan aspek keberagaman lainnya seperti unsur agama, suku etnis, budaya dan adat istiadat. Hal ini membuatmu punya  karakter keterbukaan dan toleransi yang bersemayam di sebagian besar penduduk Kota Medan, yang konon katanya sudah lebih dari dua juta orang. Penduduk yang multi etnis menjadi daya tarikmu juga.  Keanekaragaman tersebut juga  terbawa di jenis makanan. Coba tengok saja di Ring Road saat malam menyapa kota Medan. Legenda Cinde Laras pun ikut menemani pengunjung wisata kuliner.

[caption id="attachment_163824" align="aligncenter" width="621" caption="Naskah legenda Cinde Laras menemani bawal bakar berlumur rujak petis"]

13304325101317505636
13304325101317505636
[/caption]

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh.

Perkampungan yang didirikan oleh Guru Patimpus (nenek moyang Datuk hamparan Perak) pada tanggal 1 Juli 1590 kini menjadi  hari jadi resmimu.  Tak masalah jika hari jadimu sempat diralat ketika para ahli sejarah menyimpulkan umurmu ternyata jauh lebih tua dari dugaan semula. Hari jadimu sebelumnya adalah  1 April 1909. Tidak apa-apa usiamu ditambah, toh tuamu tidak memudarkan lenggak-lenggokmu. Kini, 422 tahun kemudian, Guru Patimpus pun pasti tersenyum simpul jika sempat melihat angkot pun tak perlu merasa bersalah saat menurunkan penumpang di tengah jalan.

[caption id="attachment_163825" align="aligncenter" width="626" caption="Angkot, penguasa (tengah) jalan di kota Medan"]

13304326201047424633
13304326201047424633
[/caption]

Itulah kesan perjalanan saat menjumpaimu lagi.  Saat aku rindu harmoni, aku akan mengingatmu. Saat bosan dengan disiplin dan ketertiban yang ketat, kadang bergaul dengan kau membuat aku menyadari hidup ini memang penuh pernak-pernik dan warna-warni. Dan, aku selalu suka dengan pelangimu.

--- Catatan:

  1. Sejarah Medan versi Pemda bisa dilihat pada websitenya di sini.
  2. Artikel tentang Ledakan Kaldera Toba yang ditulis oleh para ahli geologi mancanegara berjudul: “Eruptive History of Earth’s Largest Quaternary Caldera (Toba, Indonesia) Calrified
  3. Atau, lihat juga makalah pada jurnal international tentang dahsyatnya erupsi supervolcano toba berjudul: “The Super-eruption of Toba, did it cause a human bottleneck

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun