[caption id="attachment_163307" align="alignnone" width="639" caption="Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, menengok kejayaan Palembang di masa lalu"]
Kembali ke versi asal-usulnya, potensi emas mungkin sudah tidak membekas karena komuditas unggulan kota Palembang bukan itu lagi. Lagian, sebagai kota terbesar kedua di Sumatera, Palembang mulai bergerak ke kota industri dan jasa, dengan wisata kuliner dan wisata air menjadi andalannya. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV-2011 dari BI pun menunjukkan justru tiga sektor penyumbang PDRB terbesar adalah pengangkutan dan komunikasi, bangunan, serta perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor pertambangan dan penggalian bahkan menempati urutan paling buncit dengan pertumbuhan tahunan sebesar 3,1 persen saja.
[caption id="attachment_163308" align="alignnone" width="639" caption="Berharap banyak pada aktifivitas ekonomi di sungai Musi"]
Jika emas sudah menjadi masa lalu. Lalu, apakah air masih bisa menjadi andalan Palembang? Mampukah Palembang bertahan di masa depan sebagai kota wisata air dengan Sungai Musi sebagai ikonnya. Pertanyaan ini sebenarnya bukan hanya untuk Palembang saja. Banyak kota-kota di Indonesia masih sangat mengandalkan aliran sungai, misalnya Banjarmasin, Pontianak, Jambi, atau Samarinda.
Tidak terbayangkan seandainya air sungai Musi makin surut. Rumah-rumah di pinggir sungai pun menjadi pindah ke daratan. Kapal-kapal besar yang saat ini bersandar mungkin tidak akan terlihat lagi tertambat di pelabuhan sungai Musi. Speadboat dan perahu kayuh pun tidak lagi menjadi andalan penghasilan para nelayan. Julukan venice dari Timur tinggal kenangan, bahkan cuma sejarah seperti jejak kejayaan Sriwijaya yang belum seutuhnya terkuak.
[caption id="attachment_163309" align="alignnone" width="642" caption="Berharap tidak ada pendangkalan, Kapal besar tertambat di pinggir sungai Musi"]
- Kota Palembang:Perspektif Sejarah dan Sosio-Kultural
- Memandang Palembang dari Khazanah Naskahnya
- Data Mutakhir Penelitian Arkeologi di Kota Palembang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H