Berburu perguruan tinggi (PT) merupakan salah satu kesibukan lulusan SLTA pada bulan puasa ini. Di tengah sorotan negative terhadap komersialisasi pendidikan, PT tetap merupakan anak tangga untuk meraih masa depan, setidaknya itu pendapat calon mahasiswa beserta orang tuanya. Tidak heran jika informasi tentang PT pun selalu dicari. Upaya ini minimal untuk terhindar dari membeli kucing dalam karung. Mungkin suara kucingnya terdengar lantang, walau kita tidak tahu apakah jenis kucingnya itu Angora, Siam, atau hanya kucing liar yang sakit-sakitan.
Di era maya saat ini, sumber informasi tentang PT bisa diperoleh dari internet. Terlepas dari validitas dan kemutakhiran informasinya, internet menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan sumber informasi tentang sebuah perguruan tinggi. Apalagi masyarakat Indonesia mulai melek internet, walau itu bisa saja hanya terbatas di masyarakat kaya di perkotaan. Semakin banyak yang mencari informasi melalui internet, semakin banyak lalu lintas kunjungan ke sebuah PT. Seberapa ramainya kunjungan di dunia maya tersebut dapat diketahui dengan Alexa.com.
Kita lihat situs PT mana saja yang banyak dikunjungi di dunia maya. Bisa diduga tidak semua PTN mempunyai kemampuan yang sama dalam memanfaatkan internet sebagai media informasi atau komunikasi untuk mendukung proses pendidikan. Salah satu indikatornya dapat dilihat di sini. Posisi teratas ditempati oleh UI, UGM, ITB, dan IPB. Kita lihat posisi The Big Four tersebut berdasarkan Alexa.com berikut ini.
Hasilnya menunjukkan bahwa UGM dan UI kejar-kejaran untuk menjadi jawara dalam kurun waktu satu bulan terakhir. ITB konsisten di peringkat ketiga, disusul oleh IPB. Keempat PTN tersebut juga menempati urutan satu sampai empat di peringkat popularitas laman (website) versi 4icu.org yang menggunakan tiga indikator yaitu Google pagerank, Yahoo inbound link, dan Alexa traffic.
Lalu bagaimana dengan PTS? Saya tidak sempat mengecek satu per satu semua PTS di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 3000 PTS. Sebagai acuan, saya mengambil empat PTS yang masuk peringkat atas versi 4icu.org, yaitu Universitas Gunadarma, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Malang, dan Universiten Kristen Petra. Keempat PTS tersebut 15 besar di Indonesia berdasarkan peringkat 4icu. Peringkat tersebut belum menunjukkan kinerja akademis yang mumpuni. Mari kita lihat popularitas PTS tersebut hanya berdasarkan Alexa saja berikut ini.
Cuma Bergaya?
Ramainya kunjungan di dunia maya tersebut tidak identik dengan kinerja akademik PT, apalagi sebagai jaminan mutu.. Ini hanyalah salah satu indikator seberapa banyak kunjungan ke laman dari PT masing-masing. Lagian, kata sejumlah pakar IT, peringkat popularitas di alexa bisa diakali. Terlepas dari akal-akalan tersebut, geliat pengunjung maya ke dunia pendidikan tersebut tetap menarik untuk dicermati. Ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan jumlah pengunjung ke laman PT.
Pertama, pengunjung sejatinya tertarik dengan informasi bermanfaat. Pakar bilang, manfaatkanlah Media Richness Theory atau Social Presence and Information Richness dalam mengelola sebuah laman, termasuk laman PT. Jika laman sebuah PT menyajikan beragam informasi yang bermanfaat, maka peluang dikunjunginya lebih besar. Informasi tersebut tidak hanya sebatas informasi akademik yang hanya diperuntukkan bagi civitas academikanya saja. PT tinggi sebaiknya dapat menyajikan informasi yang bernilai tinggi bagi masyarakat luas. Disini tantangan besar bagi PT di Indonesia
Kedua, PT sebaiknya perlu mengintegrasikan internet dalam proses belajar-mengajar atau proses pendidikan. Berbagai model pembelajaran berbasis web sudah banyak diimplementasikan, misalnya e-learning, virtual-class, atau distance learning. Dosen pun sebaiknya mempunyai situs pribadi yang disediakan oleh kampus agar dapat dimanfaatkan untuk mengunggah bahan ajar atau informasi lainnya yang dapat diakses oleh mahasiswa atau masyarakat. Berbagai informasi akademik yang dapat diakses melalui internet dapat meningkatkan jumlah kunjungan ke laman tersebut, setidaknya oleh civitas akademikanya.
Ketiga, kebijakan open content merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan aksebilitas informasi ke laman PT. Sifat keterbukaan informasi tersebut setidaknya dapat meningkatkan jumlah dan variasi informasi yang dapat diakses secara gratis oleh masyarakat. Kebijakan open content ini juga merupakan salah satu upaya untuk menghindari plagiat. Jika dosen dan mahasiswa diwajibkan mempublikasikan karya ilmiahnya di internet, maka karya tersebut dapat dinilai oleh masyarakat, termasuk tingkat keasliannya atau pemenuhan terhadap etika penulisannya. Keberanian Perguruan Tinggi yang menerapkan kebijakan open content perlu diberikan apresiasi karena hal itu bisa digunakan untuk mendeteksi plagiat yang dilakukan oleh dosen atau mahasiswa. Resiko yang perlu diantisipasi dengan kebijakan open-content- apalagi yang bersifat user generated content- adalah kualitas kontennya. Jangan sampai kegiatan pengisian konten tersebut sekedar nyampah, garbage in garbage out.
Keempat, pemutakhiran konten menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pengelolaan laman PT. Produktifitas tulisan di media internet menjadi kunci dalam meningkatkan jumlah informasi, yang bermanfaat tentunya. Budaya menulis merupakan salah satu modal utama dalam penyediaan informasi dalam laman PT. Publikasi ilmiah, bahan ajar, atau jenis informasi lainnya dapat diproduksi oleh dosen dan mahasiswa. Kekayaan informasi pada laman PT bisa dijadikan salah satu indikator produktifitas atau budaya menulis di perguruan tinggi. Jika produktifitas tersebut seiring dengan peningkatan mutu atau manfaat kontennya maka laman PT tersebut mempunyai peluang besar untuk dikunjungi oleh masyarakat.