Mohon tunggu...
Budi Hermana
Budi Hermana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keluarga/Kampus/Ekonomi ... kadang sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nak, Menenunlah Jika Kau Ingin Menikah

13 Juni 2011   08:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:33 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Nak, menenunlah, maka kau bisa menikah". Begitulah kira-kira wejangan orang tua di desa Sukarare kepada anak gadisnya. Sejak umur 7 tahun, anak gadisnya sudah diajari menenun. Tempatnya tidak jauh-jauh. Hanya di depan rumah, berimpitan dengan kandang ayam, atau pagar hidup yang berbatasan dengan jalan setapak dan area persawahan. "Contohlah ibumu, yang sempat menenun disela kesibukan menyiapkan makan buat ayahmu", demikian kira-kira ajakan seorang Ibu dengan dua anak yang sedang berlarian mengejar ayam jantan. Suaminya tampak sedang asyik memberi makan ayam jagonya. Mengisi waktu istritahat.  Ya, istri dan anak gadisnya sibuk menenun, bapaknya bekerja di persawahan atau beternak. Lokasinya pun tidak jauh dari rumahnya. Ibunya pun memberi contoh. Saung kecil di depan rumah seolah menjadi tempat pendidikan non-formal bagi anak gadisnya. Ibunya bekerja seperti orang kantoran saja, 8 jam sehari. Sebuah kain songket dengan lebar 50-60 cm dan panjang 4 meter pun baru bisa dirampungkan dalam waktu sekitar sebulan.  Istirahatnya sekitar jam 12 siang sembari menyiapkan makan siang keluarga dan menunaikan ibadah sholat. Begitulah. Menenun menjadi sebuah home industry di desa Sukarare- yang terletak di di Jalan Tenun Desa Sukarare, Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Pada minggu pagi, jalan masuk ke desa tersebut penuh sesak dengan para pedagang mingguan yang tumpah ruah di kedua sisi jalan kecil dengan aspal yang sudah banyak mengelupas. Jangan harap mobil pribadi- apalagi bis wisata yang memuat para turis, bisa menembus dengan mudah jalan kecil tersebut. Cidomo (Cikar- Dokar-Motor, sebuah moda transportasi khas di Lombok) pun siap menghadang perjalanan. Jika berhasil menerobos traffic jam di sebuah perkampungan, kita bisa mencapai desa tradisional yang benar-benar masih asri. Sebuah lokasi tenunan yang menjadi tontonan, namun sejatinya, bukan sebatas tontonan semata. Ada sebuah nilai atau tuntunan kehidupan yang sering ditemui pada masyarakat di sekitar kita. Tiga gadis tampak berjejer di atas balai-balai yang berada di depan bangunan koperasi. Mereka terlihat masih sangat muda, kalau tidak bisa dikatakan masih anak-anak. "Mereka baru saja tamat SMP, tidak ada rencana untuk melanjutkan ke SMA", jawab seorang pemandu lokal di desa tersebut- seorang siswa SMA kelas 1. "Lebih baik bekerja untuk menghasilkan uang daripada mengeluarkan uang untuk sekolah", demikianlah pendapatnya, seolah mewakili warga masyarakat di sana. "Mereka harus bisa menenun, kalau tidak, nilainya menurun di mata calon mertua", tambah si pemandu. Hasil karya mereka pun dipajang di sebuah show room pada bangunan sederhana yang beratapkan seng dan daun nira. Bangunan tersebut dimiliki oleh koperasi. Berbagai motif dan bahan kain songket dan tenun ikat pun disusun rapi, hanya mengandalkan pada etalase sederhana yang terbuat dari bambu saja. Harganya pun berkisar dari yang hanya ratusan ribu sampai jutaan per lembarnya. Harga tergantung motif dan mutu bahan kainnya. Koperasi itu baru didirikan belum terlalu lama, sekitar tahun 2000-an. Pegawainya pun cuma 10 orang, termasuk siswa pemandu yang selalu menemani para tamu yang sesekali bertanya ke para gadis penenun. Anggota koperasinya  hanya sekitar seratusan orang. Semuanya penduduk desa Sukarare. Dulu, sebelum mereka mempunyai koperasi, hasil tenunan dipasrahkan kepada pemesan. Harga kain pun sangat tergantung kepada penawaran dari para pemesan. Bisa saja dengan dalih tergantung harga pasar. Mudah-mudahan dengan kehadiran koperasi tersebut, nasib para gadis menjadi lebih baik. Mereka bisa merenda hidup dan kehidupan yang lebih indah dibandingkan keindahan kain songket yang mereka tenun. Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun