Mohon tunggu...
BUDI FEBRIYANTO
BUDI FEBRIYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidik di salah satu lembaga pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

DIKLAT WAWASAN KEBHINEKAAN GLOBAL (WKG) UNIVERSITAS NEGERI MALANG PPG PRAJABATAN GELOMBANG 1 TAHUN 2023

11 Januari 2024   14:53 Diperbarui: 11 Januari 2024   15:15 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://bit.ly/WKG_Daring, dokpri

Pada Rabu, 10 Januari 2024, Diklat Wawasan Kebhinekaan Global (WKG) yang diadakan oleh Kemendikbudristek yang digelar secara luring bertempat di Gedung Kuliah Bersama A20 Universitas Negeri Malang. Acara ini dihadiri oleh 19 orang peserta diklat dari 20 orang Mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang I Tahun 2023 Bidang Studi Pekerjaan Sosial Kelas 001. Dalam diklat ini, ada beberapa topik menarik yang disajikan oleh pemateri Bapak Agung Witjoro, S.Pd., M.Kes dan Ibu Dr. Susi Milwati, S.Kp., M.Pd, yang akan mengupas tuntas tentang pentingnya memahami keberagaman budaya dan menciptakan lingkungan pendidikan yang harmoni dan damai.

Program diklat Wawasan Kebhinekaan Global (WKG) merupakan salah satu dari rangkaian yang dilakukan oleh mahasiswa program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Gelombang 1 tahun 2023 di lingkungan LPTK Universitas Negeri Malang. Kegiatan diklat ini dilaksanakan bertujuan untuk menambah value dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa PPG mengenai: 1) Konsepsi toleransi, bentuk-bentuk pelanggaran intoleransi di dunia Pendidikan, serta serta penegahannya dengan pendekatan penanaman pronsip dan nilai moderasi dan program kebhinekaan di sekolah; 2) Mempromosikan nilai-nilai kebhinekaan (moderasi) baik di sekolah maupun di ruang pembelajaran; 3) Serta menambah pengalaman kebhinekaan dan mampu merefleksikan dalam konteks sekolah. Ada 5 topik yang akan dibahas dalam kegiatan diklat Wawasan Kebhinekaan Global di LPTK Universitas Negeri Malang, yaitu:

https://bit.ly/WKG_Daring, dokpri
https://bit.ly/WKG_Daring, dokpri

Topik 1 : Dunia yang Berwarna

Pada topik yang pertama ini disampaikan oleh Ibu Dr. Susi Milwati, S.Kp., M.Pd selaku fasilitator pemateri, beliau menyampaikan bahwa dunia SangT indah ini dihuni oleh kurang lebih 7.7 miliar manusia dengan warna kulit, rambut dan Bahasa yang berbeda-beda. Terdapat 5 benua mulai dari Asia, Eropa, Amerika, Afrika dan benua Australia dan kurang lebih ada 197 negara yang mendiaminya. Keragaman ini merupakan takdir dari Tuhan Yang Maha Esa, keragaman atau perbedaan ada supaya antara yang berbeda bisa saling berjumpa dan menyapa, saling belajar dan bertanya, saling melengkapi satu dengan yang lainnya, untuk berkolaborasi memakmurkan dunia.

Keberagaman juga terlihat dari budaya, suku, adat istiadat dari setiap benua, contohnya dari benua Asia terdapat suku mongoloid, suku melayu suku Dravida, dan suku kulit putih. Lalu di benua Eropa terdapat suku Nor, suku Alpen, dan suku Mediteran. Kemudian di benua Afrika terdapat suku Negro, suku Khoisan dan suku kulit putih. Dan yang terakhir di benua Australia ada suku Aborigin. Keberagaman menjadi salah satu identitas bangsa yang membedakannya dengan bangsa lain. Keberagaman menjadikan interaksi di Masyarakat berjalan dinamis. Lalu keberagaman juga akan membuat manusia menjadi lebih pintar. Pertanyaan ini dilontarkan oleh Ibu Dr. Susi Milwati, S.Kp., M.Pd kepada peserta diklat, “bagaimana keragaman membuat kita menjadi lebih pintar?” Kemudian salah satu peserta dikat menjawab dengan bervariasi seperti “Keberagaman jika dibawa kedalam suatu forum diskusi akan membawakan lebih banyak informasi, perspektif baru dan novasi baru yang berbeda-beda antara individu yang satu denga yang lain”. “Ya, tepat seklai dengan adanya keberagaman ini kita jadi lebih paham mengenai sesuatu hal dari sudut pandang yang berbeda disini akan melahirkan pemikiran yang berkembang dan menambah wawasan kalian” ujar Ibu Dr. Susi Milwati, S.Kp., M.Pd.

Dalam sebuah keberagaman perlu adanya rasa toleransi antara suku, bangsa, agama, etnis dan ras yang lainnya, hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana yang aman, nyaman, damai tanpa adanya diskriminasi dari keberagaman tersebut. Bayangkan jika di dunia ini tidak adanya rasa toleransi antara keberagaman pastinya akan menimbulkan banyak sekali konflik perpecahan. Berikut adalah tantangan yang terjadi di dunia global dalam bertoleransi antar keberagaman:

  • Di Eropa banyak orang merasa terancam oleh para pendatang, kaum imigran yang membuat warga asli merasa terancam atas pekerjaan, terutama terancam atas imigran muslim.
  • Ratusan ribu orang Rohingya meninggalkan negaranya menuju perbatasan Bangladesh untuk menyelamatkan diri dari serangan ekstrimis penganut Budha yang di dukung oleh pasukan Myanmar.
  • Di Prancis, penerbitan Karikatur Nabi Muhammad oleh majalah Charlie Hebdo yang kemudian berlanjut dengan polemic, serta menimbulkan aksi dan rekasi yang beberapa minggu terakhir menimbilkan korban jiwa.

Dari timbulnya tantanga tersebut muncullah sebuah solusi untuk penyemaian nilai-nilai toleransi dalam konteks global. Ciptakan sebuah kompetisi yang positif scara global dan uatlah karya yang mampu bersaing dengan bansa lain agar mereka mengetahui bahwa kit aini memiliki Value yang berharga. Untuk mencapainya kesuksesan tersebut pada abad ke 21 ini berikut kunci sukses untuk menghadapi abad 21, yaitu: 1) Memiliki Kreatifitas tinggi; 2) Memiliki komunikasi yang baik; 3) Mampu bernalar kritis; 4) Mampu berkolaborasi.

https://bit.ly/WKG_Daring, dokpri
https://bit.ly/WKG_Daring, dokpri

Topik 2 : Negeri Penuh Harmoni

Pada topik yang kedua ini masih disampaikan oleh Ibu Dr. Susi Milwati, S.Kp., M.Pd beliau memberikan pertanyaan pemantik menanyakan kepada peseta “Apakah Anda berasal dari keluarga yang beragam sukunya? Jika ya, bagaimana keragaman itu bisa bersatu dalam harmoni?”, kemudian salah satu peserta menjawab “Ya, saya memiliki latar belakang keluarga yang bergam, ayah saya berasal dari suku Jawa dan Ibu saya berasal dari suku Sunda dan semua itu dipersatukan oleh rasa cinta keluarga.” Lalu Ibu Dr. Susi Milwati, S.Kp.,M.Pd selaku fasilitator menjelaskan materipada topik 2 ini tentang Negeri Penuh Harmoni yaitu adalah negara Indonesia kita tercinta Dimana negara Indonesia ini terdiri dari 38 Provinsi, 16.771 pulau, 1.340 suku, dan 715 bahasa daerah yang menjadikan negara Indonesia merupakan negara yang besar akan keberagaman.

Selanjutnya, peserta diklat diajak bermain sebuah games Dunia Suku. Peserta diklat dibuat menjadi 4 kelompok suku, ada suku Mushi, suku Sombo, suku Goopi dan suku Bobo, setiap suku memiliki misi yang harus dicapai. Tapi dalam melaksanakan games ini mengalami banyak rintangan Dimana masing-masing suku menggunakan Bahasa daerahnya maing-masing dalam berkomunikasi untuk memenuhi tujuannya, kemudiannya juga ada salah satu suku yang diskriminatif pada suku lain yang mengakibatnya sulit mencapai tujuan. Dari games ini kami belajar tentang pentingnya penggunaan bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia dan jangan saling membeda-bedakan suku, bangsa atau ras. Pengunaan Bahasa Indonesia ini menjadi lebih mudah dalam elakukan interaksi antara suku yang satu dengan yang lain dan setiap orang pasti memiliki bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kemudian materi dilanjutkan dengan mengenalkan makna toleransi murah dan toleransi mahal. Toleransi murah merupakan sikap tidak saling mengganggu, tapi juga tidak saling membantu atau dikenal dengan toeransi pasif. Sedangkan toleransi mahal merupakan sikap toleran terhadap yang berbeda yang sampai mengorbankan jiwa untuk sebuah sikap toleran. Indonesia merupakan negara yang beragam untuk itu perlu adanya rasa toleransi dalam praktiknya kehidupan di Masyarakat berikut adalah perilaku toleransi di Masyarakat. Pulau Seram, Maluku. Wilayah tersebut merupakan satu-satunya tempat di Maluku yang tidak terkena kerusuhan (1999-2004). Kepala Sekolah SMPN 2 Sawai saat itumengumpulkan warga sekitar dan mengucapkan Hapwama, yang berarti semua saling menggendong, alias semua adalah saudara tanpa melihat agama. Ketika ada kaum Nasrani dari luar wilayah dating menghasut, warga Sawai yang Kristen lah yang mengusirnya. Begitu pula Ketika ada kaum Muslim yang dating menghasut, warga Sawai yang Muslim lah yang mengusirnya.

Untuk menjaga keutuhan NKRI perlu adanya komitmen bangsa dalam bersikap toleransi untuk menjaga persatuan dan kesatuan agar tidak terciptanya berbagai macam konflik sosial.

https://bit.ly/WKG_Daring, dokpri
https://bit.ly/WKG_Daring, dokpri

Topik 3 : Damai Mulai dari Diri

Pada topik yang ketiga ini di fasilitatori oleh Bapak Agung Witjoro, S.Pd., M.Kes, materi ini dimulai dengan mengenalkan masing-masing diri dengan maju satu per satudi depan kelas. Karena sejatinya setiap manusia memiliki identitas, ada yang didapat sejak lahir tidak dapat diubah dan ada juga yang di dapat selama proses kehidupan dan dapat diubah. Selain memperkenalkan diri, peserta juga menjelaskan kekurangan dan kelebihan dirinya. Dari setiap peserta yang maju memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda. Dari hal yang berbeda ini setiap manusia pastinya harus saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap manusia memiliki standar dirinya masing-masing gunakan standar diri dalam bertindak, jangan berkaca dari standar orang lain. Karena setiap standar itu berbeda-beda, sesuai tempat dan waktu. Belajar welas asih terhadap diri atau mencintai diri sendiri. Menyadari bahwa sejatinya setiap diri memiliki kekurangan dan kelebihan, maka cobalah Berdamai dengan diri sendiri. Artinya keadaan menerima semua hal yang ada di dalam diri dan kehidupan kita, mulai dari kelebihan, kekurangan, luka batin, bahkan kesalahan yang kita buat di masa lalu. Dengan begitu, kita diharapkan bisa menjalani kehidupan yang lebih tenang dan bahagia.

https://bit.ly/WKG_Daring, dokpri
https://bit.ly/WKG_Daring, dokpri

Topik 4 : Sekolahku yang Bhineka

Pada topik yang keempat ini Bapak Agung Witjoro, S.Pd., M.Kes mengajak peserta diklat membuat kreasi games yang dapat di mainkan secara berkelompok mengenai keberagaman dan kebhinekaan. Kemudian masing masing kelompok mempraktikkan games tersebut dengan mengajak kelompok lain sebagai peserta dalam games tersebut. Dari semua kelompok telah menampilkan games yang dibuat dan sangat beragam serta inovasi pembuatan games ini dilakukan bertujuan untuk melatih kebersamaan dan kolaboratif, mengembangkan inovasi pembelajaran dengan games yang nantinya bisa digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas. Seluruh peserta sangat antusias dalam mempraktikkan games yang di buat.

Selanjutnya materi menjelaskan tentang keadaan setiap murid yang duduk di kelas adalah unik. Mereka memiliki latar belakang dan karakter yang berbeda-beda. Dari keberagaman yang sederhana tersebut sebagai seorang guru kita harus Memberikan pemahaman kepada murid agar memiliki sikap toleransi selalu terhadap keberagman yang ada. Implementasi toleransi di sekolah bisa berupa budaya kelas, budaya sekolah dan kegiatan murid. Selain itu, seorang guru perlu memperkuat budaya sekolah dengan aktivitas kebhinekaan. Contohnya seperti, olahraga, permainan, seni budaya dan agama atau melalui media komunikasi.

https://bit.ly/WKG_Daring, dokpri
https://bit.ly/WKG_Daring, dokpri

Topik 5 : Sekolahku yanga Damai

Pada topik yang terakhir ini  fasilitator mengajak peserta didik untuk bermain peran apabila menjadi seorang kepala sekolah. Peserta diajak bermain kartu, yang terdiri dari kartu ancaman, kartu kerentanan dan kartu kapasitas. Kemudian kartu-kartu ini akan diacak dan akan di pilih oleh seorang kepala sekolah,sebagai pemangku kebijakan akan dihadapkan dengan 3 keadaan. Keadaan pertama mengambil 3 kartu dan membuka 1 kartu, kedua ambil 1 kartu dan membuka 1 kartu dan yang terkahir mengambil 1 kartu dan membuang 1 kartu. Di akhir permain jumlah kartu ancaman, kartu kerentanan akan di kalikan dan hasilnya akan di bagi dengan jumlah kartu kapasitas. Bagi kelompok yang memiliki hasil 0 (nol) berarti sekolah yang dipimpin merupakan sekolah yang damai. Dari permainan ini para peserta belajar dalam mengelola sekolah agar menjadi sekolah yang damai dengan memperbanyak kapasitas sekolah seperti melakukan kegiatan yang positif di lingkunga sekolah.

Tujuan akhirnya adalah menciptaka sekolah yang damai. Sekolah yang damai adalah sekolah yang mampu menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan mampu memotivasi peserta didik dalam belajar.

Demikianlah kegiatan diklat Wawasan Kebhinekaan Global (WKG) yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf apabila banyak kekurangan, baik dari penulisan maupun dari bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, kritik dan saran saya harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga artikel ini menambah khasanah keilmuan bagi para pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun