Mohon tunggu...
Budi Ediya
Budi Ediya Mohon Tunggu... Guru - Guru Ekonomi dan PKWU, Ketua Ikatan Guru Indonesia PD Kota Sukabumi, Ketua MGMP PKWU Kota Sukabumi, Konten Kreator - Power Point

SHARING and GROWING TOGETHER

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari Ki Hajar Dewantara, Sejarah dan Konsep Pendidikan

22 Mei 2023   11:18 Diperbarui: 22 Mei 2023   11:34 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemantapan dirinya untuk menjadi pendidik semakin tertanam dalam dirinya, tatkala anak pertamanya lahir, pada tahun 1915. Soewardi Soerjaningrat yang semula adalah seorang jurnalis sekaligus politikus mulai tertarik dan berniat untuk mendidik angkatan muda dalam jiwa kebangsaan Indonesia. Ia sangat sadar bahwa pendidikan merupakan dasar perjuangan untuk meninggikan derajat rakyat di tanah airnya, sekaligus melihat kelemahan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Sepulangnya ke tanah air dari menjalani hukuman pengasingan pada tahun 1919, Soewardi Soerjaningrat tidak menginginkan untuk melanjutkan karirnya di bidang politik. Ia kemudian mengkonsentrasikan dirinya dalam kegiatan pendidikan untuk anak-anak bumiputera dan beliau berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Menurut Ki Utomo Darmadi, Hadjar : pendidik; Dewan : Utusan; tara : tak tertandingi. Jadi maknanya: Ki Hadjar Dewantara adalah Bapak Pendidik utusan rakyat yang tak tertandingi menghadapi kolonialisme.

Pengalaman Ki Hadjar Dewantara di lapangan perjuangan politik, dengan melalui berbagai rintangan, pembuangan dan penjara dengan segala hasilnya, menimbulkan pemikiran baru untuk mencari cara dan jalan menuju Kemerdekaan Indonesia. Ki Hadjar Dewantara menginsyafi bahwa perjuangan kemerdekaan bangsa harus didasari jiwa merdeka dan jiwa nasional dari bangsanya, maka diperlukan penanaman jiwa merdeka dimulai sejak anak-anak.

Untuk memperjuangkan cita – citanya ini pada tahun 1922, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa sebagai salah satu lembaga pendidikan dan telah berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan yang memerdekakan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi sistem pendidikan nasional.

Kehadiran Ki Hadjar Dewantara dengan membangun Taman Siswa memiliki spektrum sejarah nasional, yang tak luput dari stretegi kebudayaan yang digelutinya. Beliau menjadikan Trikon (Kontinyu, Konvergen, Konsentris) dalam proses kebudayaannya. Kontinyu: berkesinambungan dengan masa lalu, Konvengen: bertemu secara terbuka dengan perkembangan alam dan zaman. Dan Konsentris: menyatu dengan nilai-nilai kemanusiaan, dunia.

Ki Hajar Dewantara yakin serta tidak memiliki keraguan bahwa sistem dan model pendidikan yang berbasis kepada kebudayaan lokal-nasional, dalam hal ini mengangkat model Pendidikan pribumi, untuk melawan sistem Pendidikan kolonial.

Strategi yang diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara dibagi menjadi empat, yakni: Pertama: pendidikan adalah proses budaya untuk mendorong siswa agar memiliki jiwa merdeka dan mandiri; kedua: membentuk watak siswa agar berjiwa nasional, namun tetap membuka diri terhadap perkembangan internasional; ketiga: membangun pribadi siswa agar berjiwa pionir-pelopor; dan keempat: mendidik berarti mengembangkan potensi atau bakat yang menjadi Korat Alamnya masing-masing siswa.

Ki Hajar Dewantara mendefiniskan pendidikan itu sebagai tuntunan, hal ini bisa dianalogikan seperti orang tua menuntun anak kecil yang mencoba belajar untuk jalan. Potensi berjalan ada di anaknya, kita hanya menuntun biar dia bisa tegak, bisa melangkah sendiri dan tidak jatuh. Bukan orang tua yang membuat anak itu bisa berjalan tapi karena dia sebenarnya sudah memiliki potensi dan kemampuan untuk bisa berjalan, orang tua hanya mengawal maka istilahnya adalah menuntun. Sehingga pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kekuatan dan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tinggnya.

Analogi lain tentang konsep Pendidikan adalah seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya. Meskipun pertumbuhan tanaman pada dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat iradatnya padi. Misalnya ia tak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia juga tidak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti hanya cara memelihara tanaman kedelai atau tanaman lainnya. Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaan padi yang ditanam, bahkan ia dapat juga menghasilkan tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman yang tidak dipelihara, tetapi mengganti kodrat padi itu tetap mustahil.

Demikianlah pendidikan itu, walaupun hanya dapat ‘menuntun’, akan tetapi faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak-anak sangatlah besar. Jadi, menurut Ki Hajar Dewantara, Anak – anak hidup dan hidup sesuai kondratnya sendiri, pendidik hanya bisa merawat dan menuntun tumbuhnya kondrat itu. Walaupun menempuh pendidikan di tempat yang sama dididik dengan guru yang sama, tentunya setiap anak memiliki jalannya sendiri. Jadi sebagai pendidik itu mengarahkan, merawat, menuntun dan menumbuhkan kondrat dari seorang anak.

Memahami sejarah kehidupan dan konsep dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara ini, harus dilanjutkan dengan oleh pelaku pendidikan tidak hanya oleh pendidik namun juga oleh seluruh elemen yang terkait dengan penyelengaraan pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun