Mohon tunggu...
budi cartak
budi cartak Mohon Tunggu... -

Orang Kuningan yang ingin berbagi dengan semuanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Si Alba

3 Mei 2014   20:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SI LANGKA DAN SI ALBA

Beberapa waktu yang lewat kita diributkan oleh media asing yang menyentil jam tangan yang dipakai oleh seorang petinggi militer negara kita. Bahwa jam tangan yang dipakai Beliau adalah termasuk jam tangan langka. Yang keberadaannya di dunia cuma sekitar tigapuluhan biji saja. Saking langkanya jam tersebut dihargai lebih dari satu milyar rupiah! Ckckck…

Tidak ingin terus-terusan jadi bahan sorotan negatif, akhirnya Beliau dengan entengnya ‘menganiaya’ Si Langka (sebut saja Si Langka) dengan membantingnya ke lantai di hadapan para wartawan. “Buk…!” Si Langka menjerit tertahan ketika tubuhnya membentur lantai yang sangat keras. Tanpa belas kasihan Beliau telanjangi jati diri Si Langka yang malang tersebut. Bahwa Si Langka hanyalah duplikasi dari jam tangan yang sebenarnya. Dia hanya buatan Tiongkok. Yang harganya cuma empat jutaan rupiah saja!

Permasalahan yang menghinggapi Si Langka ternyata tidak berhenti sampai di situ saja.Orang kedua terpenting di Jakarta pun tertarikuntuk mengomentarinya. Ketika ditanya oleh wartawan Beliau menjawab, “"Enggak lah saya enggak sanggup. Eh, bukan enggak sanggup, tapi enggak tega belinya.”Lebih lanjut Beliau mengatakan bahwa, jam yang dipakainya sekarang sudah berumur sekitar delapan tahunan dengan harga sekitar duapuluh jutaan saja!

Bagi saya pribadi mau Si Langka, kek, mau yang punyanya orang kedua terpenting di Jakarta, kek, tetap saja saya tidak akan mampu membelinya. Karena empat juta rupiah itu sama dengan 3 kali lebih gaji saya per bulan. Apalagi jam tangan kepunyaan orangkedua terpenting di Jakarta. Itu sama dengan 16 kali lebih gaji saya perbulan. Walaupun dengan cara menabung, sepertinya saya tetap gak akan pernah sanggup untuk membelinya. Ya…karena saya tidak pernah menabung. Boro-boro menabung. Untuk menafkahi rumah tangga saja, uang gaji satu bulan saya tidak pernah mencukupi.

Tahun 1997 adalah tahun yang penuh kenangan buat saya. Karena di tahun itulah untuk pertama kalinya saya menghasilkan uang dengan keringat sendiri. Masih teringat jelas dalam memori, yaitu hal pertama yang saya lakukan ketika menerima gaji pertama adalah membeli sebuah jam tangan. Dengan diantar oleh kakak ke Atrium Senen,akhirnya impian untuk mempunyai jam tangan tercapai sudah. Jam tangan merek Alba. Warnanya kuning keemasan, dengan tali dari kulit berwarna coklat tua. Harganyakalau tidak salah adalah delapan puluh ribu. Setiap mau berangkat kerja tak lupasaya kenakan jam tangan merkAlba tersebut di pergelangan kiri. Wuih….bangga sekali rasanya.

Setelah dua bulan kerjaSi Alba (biar enak menyebutnya) berpindah tangan. Kakakku yang di kampung ngebet ingin memilikinya. Walau dengan berat hati kuserahkan Si Alba kepadanya. Dengan satusyarat harus dipakai dan dirawat dengan baik. Setelah Si Alba tak lagi menemani hari-hariku, saya tak berniat lagi untuk mencari penggantinya.Pada dasarnya saya itu orangnya simple. Tak ada jam tanganpun saya masih bisa melihat dan mengetahui waktu. Di rumah, di kantorterdapat jam dinding. Jadi kapan pun dan di mana pun saya berada, saya dapat mengetahui jam berapa sekarang. Bahkan di bis kota pun kalau ingin tahu jam berapa sekarang, tinggal nanya kanan kiri. Beres.

Tanpa terasasampai sekarang sudah 17 tahun berpisah dengan Si Alba. Selama 17 tahun perpisahan saya sudah benar-benar melupakannya. Sampai terjadi peristiwa yang tidak pernah diduga sebelumnya. Ketika memperingati100 hari meninggalnya Bapak di kampung, saya melihat sesuatu di dalam buffet.Terhimpitdiantara barisan cangkir-cangkir porselen. Terkapar di sudutbuffet yang kotor dan berdebu. Kuraih dia dengan penuh penasaran. Hatiku berteriak. Tak salah lagi. Si Alba!

Penampilannyasangat menyedihkan. Dulu bersih, mengkilap kuning keemasan. Dengan tali kulit coklat tua yang kokoh. Sekarangkumal. Kemilau kuning keemasannyatelah memudar. Tali kulit coklat tua yang kokoh, yang dulu menghiasinya, kini telah hilang entah kemana. Berganti menjadi tali kalf yang sudah belel di sana-sini. Walaupun penampilannya sudah jauh berbeda dengan yang dulu, tapi aku tetap mengenalinya. Kutempelkan dia di telinga kananku. Tik-tak-tik-tek. Ternyata dia masih hidup. Amazing!

Esok harinya saya bawa dia ke kota. Di sebuah jongko reparasi jam tangan, di depan sebuah toko emas, Si Alba menjalani perbaikan dan perawatan. Dengan penuh ketelitian Si Alba dibersihkan dari segala kotoran dan karat. Batereinya diganti yang baru. Tali kalfnya yang sudah belel turut diganti. Karena tidak ada tali kulit yang bagus saya pilihkan untuknya tali dari plastik warna hitam kelam.Dengan ongkos servis dua puluh lima ribu rupiah saja, Si Alba kembali cantik. Walau tak secantik dulu tapi saya tetap menyayanginya. Saya berjanji kepadanya untuk tidak meninggalkannya lagi. Apa lagi sampai membantingnya ke lantai yang keras. No way…!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun