FENOMENA VISI-MISI KEMBAR
Dalam struktur pemerintahan sangat dihindari adanya matahari kembar. Sepertiyang terjadi pada5 tahun yang lalu. Berkaca dari pengalaman sebelumnya. SBY tidak ingin lagi kepopulerannya dikalahkan oleh wakilnya. Sehingga dalam memilih pendampingnya diacenderung memilih orang yang bersifat low profile. Tidak banyak tingkah, pendiam dan cenderung manut saja. Maka pilihannya jatuh kepada sosok Budiono. Memang Budiono sangat berbeda jauh sifatnya dengan JK (pendamping SBY periode sebelumnya). Melihat karakter Budiono dengan JK ibarat kita sedang memandang bumi dengan langit.
Seperti takdirnya bumi dengan keikhlasan hatinya bersedia menjadi tempat berpijak. Orang akan dengan nyaman kalau berpijak di atas bumi. Bumi bisa juga jadi tempat berlindung yang aman dari segala marabahaya. Misalnya saja di tengah-tengah hamparanlapangan sepakbola, dalam suasana hujan lebat, disertai petir yang saling sambar-menyambar, maka setiap manusia yang berada di lapangan tersebut, tiba-tiba merasa rindu akan bumi. Secepat kilat mereka akan merebahkan tubuhnya, mendekap erat sang bumi selekat-lekatnya. Mereka semua berpikir bahwa bumi adalah satu-satunya tempat yang aman dari kejaran petir yang sangat berbahaya! Itulah Budiono. Orang akan selalu aman dan nyaman apabila sudah dekat dengan Budiono. Budiono dengan jiwa penyabarnya akan selalu mengayomiatasannya. Tak peduli salah atau benar.
Berbeda dengan langit. Langit inginnya selalu di atas. Mau ke mana saja kita melangkah pasti langit selalu berada di atas. Karakter langit adalah ingin selalu terlihat dan menonjol. Orang yang berada dekat dengan JK akan selalu waswas dan curiga. Hidupnya tak pernah tenang. Takut kharismanya kalah oleh aura kepemimpinan JK! Makanya SBY yang kalem, lemah lembut, tidak merasa nyaman hidup berdampingan dengan JK.
Fenomena matahari kembar dalam suasana pemilu sekarang ini sepertinya tidak seheboh 5 tahun ke belakang. Sepertinya para capres yang diusung masing-masing partai, telah memahami tentang betapa bahayanya fenomena matahari kembar. Sehingga sampai sekarang inipara capres masih bersikap hati-hati dalam menentukan cawapresnya. Mereka sepertinya telah dengan sangat mengerti dan memahamilangkah-langkah yang diambil oleh SBY dalam menentukan cawapresnya pada 5 tahun ke belakang. Justru yang sekarang sedang heboh dan menjadi bahan gunjingan di berbagaimedia adalah fenomena visi-misi kembar.
Salah satu capres yang sedang booming pemberitaannya di berbagai media, ketika didesak untuk segera membeberkan visi-misinya jika terpilih nanti,selalu saja berkata belum saatnya. Takut dibajak! Takut dicontoh oleh kontestan lain. Begitu dan begitu saja jawabannya. Tapi tiba-tiba pada tanggal 10 Mei 2014 dia dengan gagah berani membeberkan visi-misinya yangtelah diketahui banyak pihak, yaitu REVOLUSI MENTAL!Tapi belum juga rasa kagum bin kaget sirna, publik dikejutkan lagi dengan kemunculanvisi-misi REVOLUSI MENTAL yang lain! Kedua-duanya bukan dari satu sumber. Yang satu ditulis oleh Sang Capres sendiri, dan yang lainnya ditulis oleh Romo Benny.
Sebenarnya kalau membaca sekilas tak persis sama antara keduanya. Tapi kalau diteliti lebih jauh bahwa esensi dari tulisan tersebut sama! Gaya penuturannya juga sama! Dan…terbukti! Walau Romo Benny membantah tentang kesamaan dari kedua tulisan tersebut, tapi bantahan tersebut tidak ada artinya. Karena dengan kesadaran sendiri, Sang Capres mengakui bahwa tulisannya tersebut bukan tulisan beliau. Beliau hanya memberikan poin-poinnya saja. Sedangkan yang menulisnya adalah tim suksesnya!
Saya sebagai masyarakat awam hanya geleng-geleng kepala. Masalah plagiat-memplagiat biarlah itu urusan pihak yang berkompeten di bidang ini. Karena terus terang saya bukan ahlinya. Yang hendak saya sorot adalah perilaku Sang Capres tersebut. Entah karena sudah tabiatnya, entah karena kesalahan tim suksesnya, atau entah karena apa yang jelassaya melihatnya adalah beliau suka sekali mendompleng. Ingat kasus mobil Esemka dulu? Mobil Esemka yang katanya buatan anak-anak SMK di Solo, ternyata adalah buatan Negara Tiongkok. Dengan kelihaian beliau mobil buatan orang diakui buatan anak-anak SMK kemudian beliau numpang tenar untuk mengambil tiket ke Jakarta. Kasihan sekali anak-anak SMK tersebut. Sedari dini sudah diajari untuk berbohong! Sudah begitu ditinggalkan lagi!
Sekarang tulisan beliau tentang Revolusi Mental ternyata hanya sebuah rakitan. Persis Mobil Esemka dulu. Hanya sebuah rakitan. Nyomot sana-sini!. “Revolusi Mental” beliau juga rakitan. Nyomot ide dari sana-sini. Kemudian diakui sebagai tulisan beliau!
Fenomena visi-misi kembar jauh lebih berbahaya dari fenomena matahari kembar! Efek dari fenomena matahari kembar yang merasakan adalah mereka-mereka sendiri yang terlibat di dalamnya. Rakyat sama sekali tak akan terpengaruh. Kalaupun ada sangat sedikit sekali. Tapi kalau fenomena visi-misi kembar efeknya akan ke mana-mana.Yang paling merasakan dampak negative dari efek fenomena visi-misi kembar adalah dunia akademisi dan rakyat itu sendiri. Dunia akademisi patut dan selayaknya untuk merasa ditampar oleh petir di siang bolong yang sangat cerah dengan kasus ini . Ya harus! Karena plagiat-memplagiat itu adalah momok yang sangat menakutkan. Ingat kasus Bapak Anggito Abimanyu? Siapa yang meragukan akan kecerdasan beliau? Beliau adalah orang yang sangat disegani di UGM. Bahkan di pemerintahan saran-saran beliau sangat diperhatikan. Tapi sedikit saja beliau berbuat curang, dengan menjiplakkarya orang lain kemudian beliau akui sebagai karya beliau sendiri, dan apa yang terjadi? Beliau dengan gagah berani mengakui kesalahannya dan dengan kesadarannya beliau mengundurkan diri dari jabatannya!
Sedangkan efek dari fenomena visi-misi kembar bagi rakyat juga tak kalah ngerinya! Rakyat diajari untuk berbohong. Rakyat diajari untuk mengakui karya orang lain menjadi karyanya sendiri. Diajari untuk memiliki barang yang bukan haknya. Kalau kata orang Sundanya: “Nu aing jang aing, nu batur jang aing”! Kalau sudah begini timbul pertanyaan yang paling mendasar, yaitu : “Bagaimana bisa merevolusi mental seluruh rakyat Indonesia, kalau mental beliaunya sendirisangat diragukan?”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H