Kontraksi ekonomi di beberapa sektor memang sudah terasa, pelambatan ekonomi dan tekanan penguatan US Dollar sangat menekan beberapa industri. Saya berikan gambaran dari kutipan salah satu artikel di kontan.co.id
Total jenderal, laba 10 bank besar sepanjang 2014 mencapai Rp 82,13 triliun, naik 5,18% dibandingkan tahun 2013 yang sebesar Rp 78,09 triliun. Apa artinya? "Itu tidak fair, kami yang beneran memeras keringat di sektor riil berdarah-darah, sementara bank yang menyalurkan kredit bisa mencetak laba sebesar itu," keluh seorang direktur utama sebuah perusahaan besar.
Sang bos ini juga puyeng menghadapi pelemahan rupiah. "Hedging percuma, biayanya besar," terangnya. Sementara bank tetap bisa meraup laba dari jual-beli valas.
Perbankan membukukan kinerja positif salah satunya karena mampu menghimpun dana murah, dan menyalurkan kreditnya dengan bunga tinggi. Alhasil, bank bisa mereguk margin nan lebar.
Banyak pelaku industri yang memerlukan pendanaan berbiaya murah dan kelas menengah yang membutuhkan KPR murah mengeluhkan tingginya biaya utang, bunga deposito hanya memberikan hasil yang sangat sedikit, sedang laba perbankan naik. Kebijakan Bank Indonesia dengan menurunkan tingkat suku bunga (BI Rate) sepertinya hampir tidak ada pengaruhnya, bunga pinjaman tetap saja tinggi hampir tidak ada perubahan. BI Rate mau diturunkan ke tingkat berapapun kalau Bank Komersial enggan menurunkan bunga pinjamannya tetap sama saja. Jualan mahal aja laku, kenapa mesti diturunkan?
Jika perbankan nasional masih merasa nyaman dengan statusnya saat ini, kurang inovasi, kurang efisien dan tidak bisa memenuhi ekspektasi dari konsumen, suatu ketika jika ada inovasi baru, mereka (perbankan nasional) yang masih menggunakan cara lama akan segera ditinggalkan. Sebuah produk tentunya ada siklusnya (product life cycle).
Referensi:
OECD Economics Surveys: Indonesia 2015
The Road Back: McKinsey Global Banking Annual Review 2014
Bloomberg: World's Most Profitable Bank in Indonesia Double US
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H