Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2007-2008 telah menunjukkan bagaimana lembaga keuangan raksasa dapat runtuh dalam waktu sekejap. Krisis dipicu oleh masalah yang terjadi pada Lehman Brothers dan Bear Stearns di Amerika Serikat yang dampaknya segera menyebar ke seluruh dunia. Menimbulkan masalah dan kepanikan pada seluruh sistem keuangan global. Turunnya tingkat kepercayaan investor segera menyerang financial market dengan penarikan dana secara masif (capital outflow). Aktivitas borrowing and spending berhenti, mesin ekonomi tidak dapat berjalan. Efek berantai inilah yang sering disebut dengan Systemic Risk.
A single bank somewhere in the world is enough to bring the whole house of cards.
Krisis global yang dipicu oleh kegagalan Lehman Brothers dan Bear Stearns di tahun 2008 bukanlah hal yang baru. 85 tahun silam, dunia telah melihat bagaimana peristiwa Great Depression di Amerika sangat memukul perekonomian dunia. Peristiwa ini sebelumnya dipicu oleh kegagalan salah satu Bank terbesar di Eropa CREDIT-ANSTALT yang bermarkas di Vienna, Austria. Credit-Anstalt adalah investment bank pertama di dunia yang didirikan oleh keluarga Rothschild pada tahun 1855. Institusi ini merupakan salah satu lembaga keuangan terpenting di kerajaan Austria-Hongaria.
Setelah berakhir Perang Dunia I, institusi keuangan di seluruh dunia banyak yang menyalurkan kredit secara masif. Bertambahnya jumlah kredit yang dikucurkan tidak diimbangi dengan kecukupan modal, yang diperparah dengan buruknya lending policies dan massive speculation. Inilah yang menyebabkan banyak institusi perbankan yang akhirnya runtuh dan bank yang masih bertahan dipaksa mengambil alih bank yang bermasalah. Puncaknya adalah ketika Allgemeine Oesterreichische Bode-Credit-Anstalt (disingkat BCA) mengalami kegagalan. Bank terbesar kedua di Austria-Hongaria ini sebelumnya jg dipaksa untuk mengambil alih bank-bank gagal lainnya sebelum akhirnya menyatakan menyerah di tahun 1929.
Dengan runtuhnya BCA, pemerintah Austria saat itu memaksa Credit-Anstalt untuk mengambil alih. Merger kedua bank ini yang kemudian membentuk sebuah Superbank. Motivasi dibalik mergernya kedua bank ini lebih kepada tekanan politik. Pemerintah harus meyakinkan bahwa BCA tidak seharusnya collapse, karena aktivitas BCA terkait dengan industri domestik dan investor asing (Sebagian saham BCA dimiliki oleh investor asing dan sebagian porsi penyaluran kredit berada di luar negeri). Dengan dikuasainya sebagian besar asset bank di Austria oleh Credit-Anstalt, menambah ukuran atau size sistemik terhadap sistem keuangan global jika bank tersebut gagal. Depresi ekonomi yang semakin dalam dan runtuhnya kepercayaan investor terhadap perbankan membuat Credit-Anstalt akhirnya gagal bertahan.
Peristiwa runtuhnya saham-saham di Wall Street sebenarnya bukan akar permasalahan yang memicu Great Depression. Akumulasi dari kegagalan bank-bank di Austria yang berpuncak pada runtuhnya Credit-Anstalt merupakan akar dari peristiwa Great Depression yang membuat lumpuh seluruh bank di Eropa dan Amerika Serikat. Sekitar 75 juta US Dollar dari 250 juta US Dollar merupakan pinjaman yang disalurkan ke luar Austria. Dengan demikian, ketika terjadi masalah dampaknya tidak hanya dirasakan di Austria namun segera menyebar ke hampir ke seluruh dunia.
Board of Directors (BOD) Credit-Anstalt terdiri dari Baron Louis de Rothschild (merupakan perwakilan dari M.M Warburg & Co Jerman), bersama dengan perwakilan dari America’s Guaranty Trust Co dan perwakilan Bank of England. BOD ini menggambarkan bagaimana konsep internasionalism telah ada pada saat itu. Saat itu juga merupakan era lahirnya transatlantic telephone calls dan ocean liners antara benua Eropa dan Amerika yang terhubung dengan radio. Hal ini memungkinkan seseorang melakukan perdagangan saham diatas kapal. Inilah cikal bakal international capital market yang kemudian segera menjadi trend.
Credit-Anstalt seperti kebanyakan investment bank saat ini, melakukan investasi langsung kepada perusahaan swasta dengan membeli saham perusahaan tersebut sebelum dijual ke publik. Ketika bank menggunakan uang deposito untuk investasi tersebut, resiko yang melekat adalah maturity mismatch. Menggunakan uang dari deposito jangka pendek untuk investasi jangka panjang. Resiko yang sama juga muncul ketika bank meminjamkan uang dari deposito jangka pendek untuk pembiayaan perumahan/real estate (jangka panjang). Maturity mismatch inilah yang sering menyebabkan terjadinya krisis. Inilah yang disebut dengan “liquidity crisis when cash cannot be raised to meet short-term demands.”
Pada dasarnya krisis ekonomi global yang terjadi belakangan ini memiliki pola yang selalu sama seperti krisis yang terjadi sebelumnya. Program Quantitative Easing (QE) setelah krisis ekonomi global 2008 oleh Bank Sentral AS (The Fed) mungkin harus menjadi perhatian serius mengingat saat ini pinjaman dari luar AS dalam bentuk US Dollar meningkat drastis terutama di negara-negara yang termasuk di dalam kelompok Emerging Market. Menurut laporan Bank of International Settlement (BIS), total kredit di luar AS (negara EM) saat ini mencapai lebih dari 8 trilyun US Dollar.
1. Credit Growth
2. Leverage and Maturity Mismatch
3. Complexity
4. Insolvency and Too-Big-To-Fail
Jika melihat kondisi ekonomi global saat ini, apakah masalah yang sama akan kembali terjadi?
That which has been is that which will be, And that which has been done is that which will be done. So there is nothing new under the sun. (Ecclesiates 1:9)
Referensi:
The IMF And G20 Worries Regarding The Financial Markets http://goo.gl/iOIE9L
BIS Presentation on Financial Stability Risks: Old and New http://goo.gl/tQFZOw
Market Based Policy Instruments for Systemic Bank Restructuring http://goo.gl/iZZSyM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H