Mohon tunggu...
Budi Ardian Saputra
Budi Ardian Saputra Mohon Tunggu... Berdagang -

Penulis tidak naik kelas.E-mail: saputrabudiardian@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pengantin Baru Blusukan ke Bandung

10 Januari 2017   02:30 Diperbarui: 10 Januari 2017   02:39 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto bersama bidadariku Reni Vidhi Astuti, Gedung Sate Bandung (Dokumentasi Pribadi)

Pengantin Baru Merantau ke Bandung

Tak sulit dan butuh lama berpikir. Barang kali langkah-langkah yang akan dilakukan sudah aku persiapkan dengan matang. Setelah menikah dua minggu, tinggal dirumah mertua. Dengan bekal seadanya aku dan istri harus visiting Bandung. Demi misi masa depan. Awesome!

Sebelum pergi meninggalkan kampung halaman. Ada tradisi “pamitan”, berkunjung ke rumah nenek dan saudara-saudara dari Ayah dan Ibu mertua. Memohon doa restu agar selama perjalanan di lancerkan oleh Allah. Setelah itu, dapat angpao. Lumayan. Hehe titipan

Sebelum pergi ke Bandara, aku sudah terlebih dahulu membeli tiket pesawat melalui Traveloka. Maklum harga akhir tahun, perjalanan dari Padang – Jakarta adalah Rp. 600.000,-, untuk satu orang. Well, total pengeluaran 1.2 untuk pesawat ekonomi LIYON AER. Pesawat yang logo dan hurufnya warna merah. Halah gak penting.

Pertimbangan jarak rumahku ke kota Padang itu sekitar 6 jam. Travel biasanya berangkat jam 8 malam. Serunya dapat rezeki jadi “pengantin baru”, mobil yang kami tumpangin hanya berisikan aku dan istri. Berasa jadi “majikan” yang dianterin supir. Mobil berasa lapang banget, bisa tiduran sesuka hati. Sekali lagi, ini rezeki pengantin baru. :V honey moon on the road program, yeah!

JANGAN DATANG KE BANDAR UDARA INTERNATIONAL MINANGKABAU TERLALU PAGI

Kenapa? Iya jangan datang ke Bandara sebelum jam 4 pagi. CLOSED! Pintu masuk bandara dijaga ketat oleh bapak satpam berbadan gendut. Perjalananku karena hanya berdua didalam mobil travel, ternyata ada tidak enaknya. Kami sampai sekitar pukul dua pagi. Saking sepinya tuh mobil, ternyata ada juga dampak negatifnya. Terpaksa dengan hati lapang dada menunggu.

Cuaca pagi itu dingin banget. Lagi hujan gerimis, nah anehnya satpam itu gak nawarin atau basa-basi “sini dek di pos satpam saja berteduh”, gak sama sekali. Dalam hatiku “ini satpam bener-bener gak punya pri-humanitarian. Kalau ingat bagian ini, rasanya pengen bawa payung sendiri malam itu. 20 menit kemudian… datang pak satpam yang lebih tua. Yang sebelumnya saya dianggurin, dia memanggil saya untuk berteduh di pos satpam, itupun masih dipasangn obat nyamuk bakar. Kelihatan kalau satpam ini lebih senior. Bahkan nawarin kami makan, beugggghh perhatian.

Kesimpulan, jangan sampai pokoknya datang ke Bandara terlalu pagi. Gak enak sama sekali. Saya jadi ingat waktu menunggu itu perasaan kebelet pipis saja harus ditahan. Pos satpamnya (belum) dilengkapi toilet. Gak mungkin juga pipis disemak-semak, kalau digigit ular. Bisa habis tanpa sisa. Bayangkan harus nahan peepis lebih dari dua jam. Hihihi

Senyumnya lebar setelah diperbolehkan masuk Bandara sekitar pukul 05:30 pagi. (Dokumentasi Pribadi)
Senyumnya lebar setelah diperbolehkan masuk Bandara sekitar pukul 05:30 pagi. (Dokumentasi Pribadi)
Ini adalah perjalanan bersama aku dan istri dengan jarak tempuh paling jauh. Semoga masih bisa jauh lagi, paling tidak menunaikan IBADAH HAJI bersama. Amiiin

Traveling ke Bandung harapannya kami bisa belajar untuk lebih mandiri. Karena sebenarnya sudah tau bahkan ada proses panjang yang menguras emosi, tenaga dan waktu. Sebelum pergi, mertuaku yang baik hati berpesan “jangan tinggalkan shalat, insya allah rezeki dan perjalanan akan lancar”. Perjalanan yang penuh dengan beban berasa menjadi ringan, gak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.

Pagi itu pukul enam pesawat take off. Dengan penuh kegembiraan hati ini juga ikut terbang. Ditemani istri tercinta duduk disamping sambil merangkul tangan. Suasana pesawat yang sepi berasa menjadi “bergairah”. Makannya kalau udah jadi pengantin baru segera “hijrah”. Melirik hingar-bingarnya dunia dan isinya. Sok banget! Hehe

Dan sudah bisa diprediksi, penerbangan Padang-Jakarta hanya memakan waktu 1 jam 40 menit. Kami sampai di Jakarta sekitar pukul 8:30 pagi. Oiya, hampir kelupaan kenapa saya dan istri tidak langsung pilih penerbangan Padang – Bandung? Alasannya klasik, menghemat anggaran rumah tangga. Hahaha karena harga tiketnya terlalu mahal, double price!

Setelah semua selesai, mulai dari cuci-cuci, beli donat, pengambilan bagasi. Akupun masih bingung mau naik apa ke Bandung. Berdasarkan berbagai referensi di internet, banyak yang merekomendasikan angkutan BUS PRIMAJASA. Nah, aku pun bergegas untuk segera membeli tiket. Tapi, tenyata tepat di pintu keluar Bandara ternyata ada mobil travel dengan harga ekonomis tujuan Bandung.

Lalu kami melipir ke kota tujuan Bandung. Selama perjalanan di dalam mobil sangat nyaman sekali. Mobilnya bersih, tempat duduknya juga memiliki space yang cukup besar. Istri yang sedang datang bulan, bisa beristrihat lebih tenang. Kakinya bisa diselonjorin kedepan. AC shuttle bus nya juga dingin. Perjalanan terbilang lancar. Tapi….

Setelah menempuh perjalanan darat dari Bandara Soetta ke Bandung selama 3 jam. Yang sebenarnya sebentar lagi sampai, tak bisa dielakan. Kemacetan datang melanda. Mobil jalannya merawap, lebih cepat siput. Padahal lagi dijalan tol. Kata bapak sopirnya, biasa kalau hari Sabtu, banyak orang-orang yang liburan ke Bandung. Terutama dari Jakarta.

Karena tidak bisa ngapa-ngapain. Bersabar bersama macet kurang lebih 3 jam. Akhirnya saya Cuma memperhatikan sekitaran, buka handphone, makan donat, lihat orang berantem karena mobilnya keserempet. Wahhhh pokoknya fase-fase ini sangat membosankan. Hoooaamm males nulisnya haha

Walaupun pendatang baru di kota Bandung, lantas tak buat saya gugup. Begitu sampai bandung sekitar pukul 4 sore. Tiba gilirannya saya memesan angkutan Online GRAB. Harganya juga lebih murah jika di bandingkan taksi conventional.

Jadilah akhirnya saya mendapatkan kos-kosan. Pengantin baru yang menikmati dinginya bandung didalam ruangan 4x3 meter. Awal-awal masa pengantin yang sangat menyenangkan. Bukan masalah meriahnya harta, melainkan niat tulus kami untuk membina rumah tangga di atas lantunan doa.

Berfoto bersama bidadariku Reni Vidhi Astuti, Gedung Sate Bandung (Dokumentasi Pribadi)
Berfoto bersama bidadariku Reni Vidhi Astuti, Gedung Sate Bandung (Dokumentasi Pribadi)
Salam Hangat, BAS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun