Kapan Wisuda? pertanyaan ini muncul 2015. setelah melewati enam bulan. Muncul lagi pertanyaan “Masih saja membujang kau?”. para penanya dari kalangan berstatus “sudah menikah”. teman-teman lama di desa dulu. Ada-ada saja komentar yang membuat telinga menjadi ungu.
Bener memang. Mengambil keputusan menikah itu tidak mudah. Dihadapkan beberapa pertimbangan; keluarga, masa depan, dan nasib anak orang. disaat kondisi ini, kebanyakan para penanya-penanya sebelumnya raib tanpa kabar. Untung saja aku bukan tipe orang mudah bingung. Apa yang sudah diputuskan harus diselesaikan.
Aku adalah Ucok, panggilan nama laki-laki suku batak. Waktu kecil sesekali memberi gelar itu. Nama yang sebenarnya nyaris tak pernah aku pakai lagi. Baru dimunculkan lagi di tulisan ini. Kembali lagi tentang si Ucok.
Kenapa si Ucok ini berani sekali menikah walaupun masih miskin?
Menikah itu pasti menimbulkan rezeki baru. Artinya, di dunia ini sulit sekali bujang mencapai kejayaan karir sebelum menikah. kalaupun ada masih bisa dihitung pakai kalkulator terbitan 1965 (Classic). aku mengenal watakku. sedikit kurang waras, kalau ada paksaan lahir dan batin, apapun pekerjaannya pasti kelar. Terus apa hubungannya dengan menikah? Membahagiakan dan memberi nafkah, itu.
Mungkin yang ini sedikit konyol. Inspirasi yang sering nongol saat di jalan. Sudah ratusan kali melihat satu keluarga diatas motor, pakaiannya kumal, perkerjaannya serabutan, sesekali membawa daging Babi di atas motor. Maaf, tentu mereka orang yang terbelakang pendidikan. Sementara aku, sudah berpangkat sarjana. Bukan bermaksud merendahkan, mereka bisa memberi nafkah, kenapa aku enggak.
Tidak semudah yang dibayangkan. Betul. Tidak seperti membalikan telapak bibir. Menikah banyak melibatkan orang, tradisi di Indonesia. Menikah itu gratis di KUA. Namun, ada biaya resepsi. Undang-mengundang warga desa. Makan Besar dengan keluarga besar. Menyantap daging-daging lezat hasil koki gratisan. Kalau si ucok suka pusing di resepsi. tapi tidak sampai stress. hehe
Kalau saksi kanan-kiri bilang “SAH”. Mahar sudah diterima. Niat sudah lurus dan tulus. si ucok pasti lebih yakin. Rezeki sudah ada yang ngatur. Ingat selalu kata “Ibu”. Jangan pernah sakiti hati perempuan. Rezeki akan terus mengalir jika tidak lari dari tanggung jawab. Didik istrimu agar keluargamu kokoh. Godaan rumah tangga seperti angin, muncul tak terkira.
Si Ucok mulai tersenyum. Desember 2016, bulan penantian plus bulan Madu. hehe :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H