Mohon tunggu...
BUDIANA YUSUF
BUDIANA YUSUF Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pecinta fotografi

Selanjutnya

Tutup

Money

Inilah Janji Jokowi kepada Petani

19 Mei 2014   16:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:22 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_324463" align="alignleft" width="400" caption="Jokowi berdialog dengan warga di alun-alun Subang, 18 Mei 2014"][/caption] Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo melakukan safari politik ke Subang Jawa Barat, Minggu 18 Mei 2014. Kesempatan itu digunakan oleh para pendunkungnya dan warga masyarakat Subang untuk berkeluh kesah kepada bakal capres yang akrab dipanggil Jokowi tersebut. Dari mulai honor guru ngaji hingga konversi lahan pertanian di Subang dikeluhkan warga kepada Jokowi. Menjawab keluhan masyarakat tersebut kemudian Jokowi memaparkan pandangannya mengenai pendidikan dan pertanian dihadapan warga Subang yang hadir di alun-alun. Menurutnya kurikulum pendidikan nasional saat ini harus dievaluasi. Pasalnya anak-anak sekolah saat ini terlalu dijejali berbagai mata pelajaran ilmu pengetahuan. "Pendidikan karakter, budi pekerti, ahlak, ahlaqulkarimah, itu harus jadi goalnya,” kata Jokowi. “Coba perhatikan anak-anak SD sekarang tasnya terlalu keberatan, terlalu dijejali pelajaran matematika, ipa ips, padahal anak-anak perlu pondasi yang kuat untuk membangun mental, karakter, budaya sehingga menjadikan bangsa yang berkarakter,"jelasnya. Menurut Jokowi, untuk tingkat sekolah dasar (SD) seharusnya 80 persen diisi pendidikan akhlak, karater, dan budi pekerti sedangkan sisanya pengetahuan umum. Sementara untuk SMP 60 persen akhlak, karater, dan budi pekerti 40 persennya pengetahuan umum. Pelajaran Ilmu pengetahuan baru mendapat porsi besar ketika anak duduk dibangku SMA yaitu 80 persan dan sisanya pendidikan karakter dan ahlak. Mengenai masalah pertanian Jokowi menyoroti ketergantungan negara kepada produk pangan impor, menurutnya perlu langkah konkrit agar Indonesia bisa swasembada berbagai produk pangan. Hal pertama yang harus diperhatikan untuk memajukan pertanian adalah mengenai konversi lahan pertanian. “Subang sebagai lumbung beras nasional harus tetap dipertahankan. Saya sudah bisikin bupati Subang jangan sampai ada konversi lahan pertanian dari sawah produktif menjadi industri,” kata Jokowi disambut riuh tepuk tangan warga yang hadir. Selanjutnya menurut Jokowi harus ada bimbingan dari pemerintah sehingga petani mau kembali ke sistem pertanian organik, tidak tergantung dari pupuk dan pestisida kimia. “Harusnya pupuk organik itu cukup, jangan pake pestisida kimia, jangan pakai benih impor, sehingga ongkos produksinya tidak terlalu tinggi.”paparnya. Selain itu menurut Jokowi harus dibentuk Bank Petani, sehingga para petani terhindar dari rentenir. Dan yang terakhir pemerintah harus bisa mendekatkan petani dengan pasar. “Jangan sampai ada makelar – makelar yang menyebakan keuntungan petani itu tergerus,” kata Jokowi. [caption id="attachment_3576" align="aligncenter" width="400" caption="Jokowi paparkan konsepnya mengenai pendidikan dan pertanian di Subang, 18 Mei 2014"]

Jokowi paparkan konsepnya mengenai pendidikan dan pertanian di Subang, 18 Mei 2014
Jokowi paparkan konsepnya mengenai pendidikan dan pertanian di Subang, 18 Mei 2014
[/caption] Selain hal-hal tersebut , Jokowi mengatakan untuk mencapai swasembada pangan tentunya harus dibangun infrasruktur pertanian yang memadai. Bendungan-bendungan baru dan saluran irigasi harus dibangun sebanyak-banyaknya. Terkait UU Desa Jokowi mengatakan jika dirinya menjadi presiden perpres mengenai UU Desa akan segera diterbitkan. “Perpresnya semoga keluar sebelum pilres, tapi kalo belum keluar, jika Allah mengizinkan dan rakyat memberi dukungan saya menjadi presiden perpresnya akan segera saya keluarkan” ujarnya. Selain itu Jokowi juga mengajak seluruh masyarakat untuk mempersiapkan diri menyosong pasar bebas ASEAN tahun 2015 mendatang. “Negara ini besar, tapi kalau pembangunan manusianya dinomor sekiankan maka kita akan terlindas dan tidak bisa berkompetisi dengan bangsa lain,” pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun