Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketenangan Hati dan Kebersahajaan

3 November 2024   11:03 Diperbarui: 3 November 2024   11:04 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern ini, di mana standar hidup terus meningkat dan ekspektasi semakin tinggi, banyak dari kita sering terjebak dalam pusaran ambisi yang membuat hati semakin jauh dari ketenangan. Kehidupan saat ini seolah memaksa kita untuk mengejar lebih banyak, memiliki lebih banyak, dan menjadi lebih dari yang kita bayangkan. Namun, semakin keras kita berlari, semakin mudah pula kita kehilangan arah dan tujuan yang sebenarnya: ketenangan hati. Dalam konteks ini, rasa syukur dan kebersahajaan bisa menjadi kunci untuk mencapai ketenangan yang langka tersebut.

Mengapa Rasa Syukur Memberi Ketenangan Hati ?

Rasa syukur adalah pengakuan bahwa apa yang kita miliki saat ini, sekecil apa pun, adalah hal yang berharga. Ketika kita bisa menerima dan mensyukuri apa yang ada, kita akan merasa cukup. Inilah salah satu rahasia ketenangan hati. Syukur menempatkan kita dalam posisi melihat hidup dari sisi yang lebih positif dan optimis. Daripada terus berfokus pada kekurangan dan apa yang belum kita capai, kita menjadi lebih sadar dan menghargai berkah yang telah ada di dalam hidup kita.

Di zaman di mana materi menjadi tolok ukur kebahagiaan, bersyukur adalah bentuk perlawanan terhadap keinginan yang tak pernah berujung. Alih-alih terjebak dalam hasrat untuk selalu memiliki lebih, kita belajar untuk menghargai hal-hal sederhana yang kerap terlupakan. Momen bersama keluarga, kesehatan yang baik, atau sekadar waktu santai di tengah kesibukan adalah berkah yang tak ternilai. Melalui rasa syukur, kita menyadari bahwa ketenangan hati bisa diraih tanpa harus menunggu semua keinginan terpenuhi.

Kebersahajaan dalam Hidup: Kembali ke Esensi

Kebersahajaan adalah tentang hidup dengan apa adanya, bukan dengan apa yang diinginkan orang lain untuk kita miliki. Ini adalah bentuk kesederhanaan yang menyadari batasan-batasan kebutuhan dan keinginan. Hidup secara bersahaja tidak berarti mengabaikan ambisi atau cita-cita, tetapi tentang menjalani hidup dengan cara yang lebih jujur dan tidak berlebihan. Dengan sikap sederhana, kita belajar bahwa kepuasan tidak berasal dari hal-hal besar yang kompleks, tetapi justru dari hal-hal kecil yang tulus dan alami.

Dalam kehidupan sehari-hari, kebersahajaan bisa berarti tidak merasa perlu menunjukkan pencapaian atau materi sebagai bukti kebahagiaan. Kita tidak harus mengikuti standar orang lain untuk merasa berharga. Sering kali, kita terjebak dalam kompetisi yang membuat kita merasa tidak pernah cukup. Namun, dengan hidup bersahaja, kita bisa membebaskan diri dari beban ini, menerima diri dan hidup kita dengan apa adanya. Dari sini, ketenangan hati perlahan akan tumbuh.

Syukur dan Kebersahajaan di Tengah Kehidupan Modern

Di tengah gempuran media sosial dan standar hidup yang semakin tinggi, rasa syukur dan kebersahajaan bisa terasa asing. Kita sering kali melihat hidup orang lain tampak sempurna, penuh dengan pencapaian dan materi yang mengilap. Tanpa disadari, hal ini bisa memicu rasa iri, minder, bahkan stres. Namun, di sinilah rasa syukur dan kebersahajaan memainkan peran penting.

Dengan bersyukur, kita tidak lagi membandingkan hidup kita dengan orang lain, melainkan fokus pada apa yang membuat kita merasa damai dan bahagia. Syukur membuat kita sadar bahwa kebahagiaan tidak harus selalu terlihat oleh orang lain; cukup dirasakan oleh diri sendiri. Di saat kita tidak lagi terikat pada pencapaian materi atau penilaian eksternal, kita akan merasakan kebebasan yang sesungguhnya. Kebebasan inilah yang membawa ketenangan hati.

Latihan Bersyukur dalam Kehidupan Sehari-hari

Rasa syukur bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Ia perlu dilatih dan dipupuk. Salah satu cara sederhana adalah dengan mengambil waktu setiap hari untuk menyadari dan menghargai hal-hal kecil yang sering terabaikan. Mulailah dengan hal-hal sederhana, seperti secangkir kopi di pagi hari, senyum dari orang terdekat, atau bahkan udara segar yang kita hirup.

Menuliskan tiga hal yang kita syukuri setiap hari adalah latihan lain yang efektif. Dengan mencatat apa yang membuat kita bersyukur, kita melatih diri untuk melihat sisi baik dalam setiap situasi. Mungkin di hari yang sulit, kita merasa tidak ada hal yang bisa disyukuri. Namun, saat kita membuka diri untuk melihat lebih dalam, kita akan menyadari bahwa selalu ada sesuatu untuk disyukuri, sekecil apa pun itu.

Kebersahajaan sebagai Jalan Hidup

Kebersahajaan adalah pola pikir dan gaya hidup yang bisa mengubah pandangan kita terhadap dunia. Dengan hidup sederhana, kita belajar untuk memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting bagi kita. Bukan sekadar mengumpulkan banyak hal, tetapi memiliki yang benar-benar bermakna. Ini adalah seni memilah apa yang benar-benar kita butuhkan dan mengesampingkan yang tidak perlu.

Kebersahajaan juga mengajarkan kita bahwa keberlimpahan tidak selalu berarti materi yang berlebihan. Keberlimpahan bisa berupa cinta, waktu, atau kedamaian yang kita miliki dalam hati. Saat kita tidak lagi dibebani oleh keinginan untuk memiliki segalanya, kita bisa menjalani hidup dengan lebih tenang dan penuh makna.

Menemukan Ketenangan di Tengah Kehidupan yang Kompleks

Pada akhirnya, rasa syukur dan kebersahajaan adalah jalan untuk menemukan ketenangan hati di tengah kehidupan modern yang rumit. Ketika kita hidup dengan rasa syukur, kita tidak lagi merasa dikejar oleh hal-hal yang tidak kita miliki. Saat kita menjalani hidup dengan kebersahajaan, kita bisa melihat dengan lebih jernih apa yang benar-benar berarti.

Dalam dunia yang terus berubah, ketenangan hati mungkin adalah salah satu pencapaian terbesar yang bisa kita raih. Dengan bersyukur dan hidup bersahaja, kita menemukan kedamaian yang tak tergantikan, yang tidak bisa diukur dengan materi atau pencapaian. Di sini, kita belajar bahwa kebahagiaan sejati bukanlah soal memiliki segalanya, melainkan merasa cukup dengan apa yang ada. Dari sinilah ketenangan hati yang hakiki muncul, menjadi sumber kedamaian yang senantiasa menemani di setiap langkah hidup kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun