Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Akar Masalah Kualitas Pendidikan yang Masih Rendah

21 Oktober 2024   22:06 Diperbarui: 21 Oktober 2024   22:38 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kualitas pendidikan di Indonesia adalah topik yang tak pernah sepi dibicarakan. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, hasilnya masih jauh dari harapan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sering kali menjadi sorotan, namun persoalan ini jauh lebih kompleks daripada sekadar perubahan kebijakan. Untuk memahami mengapa kualitas pendidikan kita masih rendah, kita perlu menggali akar masalah yang lebih dalam.

Pendidikan: Sebuah Investasi Jangka Panjang

Pendidikan bukan sekadar urusan sekolah, guru, dan siswa. Ia adalah investasi jangka panjang yang membutuhkan perhatian, perencanaan, dan implementasi yang matang. Dalam konteks ini, kita perlu mempertanyakan kembali, apakah kita sudah menginvestasikan sumber daya kita dengan bijak?

Biaya pendidikan yang tinggi, terutama di daerah perkotaan, membuat banyak orang tua merasa tertekan. Sementara itu, di daerah pedesaan, fasilitas pendidikan sering kali minim. Sekolah-sekolah di pelosok sering kekurangan guru berkualitas, buku, dan alat bantu belajar. Di sinilah benang merah masalah mulai terlihat: ketidakmerataan dalam distribusi sumber daya pendidikan.

Kualitas Guru: Pilar Utama Pendidikan

Jika kita berbicara tentang kualitas pendidikan, tidak dapat dipisahkan dari kualitas guru. Sayangnya, banyak guru di Indonesia yang belum mendapatkan pelatihan yang memadai. Guru-guru sering kali dihadapkan pada beban administratif yang berat, sehingga mereka tidak dapat fokus pada pengembangan keterampilan mengajar. Pelatihan yang tidak berkelanjutan membuat banyak guru tidak siap menghadapi tantangan pembelajaran di era digital saat ini.

Kualitas pengajaran yang bervariasi juga menjadi masalah. Dalam satu kelas, kita bisa menemukan pengajaran yang luar biasa, tetapi di kelas lain, mungkin akan menjumpai metode yang usang dan tidak relevan. Mengapa? Karena banyak guru yang terjebak dalam rutinitas, terpaksa mengikuti kurikulum tanpa memahami esensi dari pengajaran itu sendiri. Ini bukan hanya merugikan siswa, tetapi juga menciptakan kecemasan bagi guru yang ingin berinovasi namun tidak memiliki dukungan.

Kurikulum: Apakah Sesuai Kebutuhan?

Ketidakpuasan terhadap kualitas pendidikan juga dipicu oleh kurikulum yang terus berubah. Setiap kali terjadi pergantian menteri, biasanya akan ada kebijakan baru tentang kurikulum. Namun, perubahan ini sering kali tidak diiringi dengan pelatihan yang memadai bagi guru. Akibatnya, guru terpaksa belajar di lapangan, dan ini menciptakan kesenjangan antara apa yang diajarkan di sekolah dan apa yang dibutuhkan di dunia nyata.

Siswa tidak hanya membutuhkan pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis. Kurikulum yang terlalu fokus pada penghafalan dan ujian justru membatasi kreativitas dan kemampuan berpikir kritis siswa. Di era globalisasi dan teknologi ini, kita membutuhkan generasi yang mampu beradaptasi dan berinovasi, bukan sekadar menjadi penghafal yang baik.

Teknologi: Peluang atau Ancaman?

Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, pendidikan di Indonesia harus bisa memanfaatkan peluang ini. Sayangnya, tidak semua sekolah memiliki akses yang sama terhadap teknologi. Di kota besar, penggunaan teknologi dalam pendidikan mungkin sudah menjadi hal yang biasa, tetapi di daerah terpencil, akses internet yang terbatas membuat siswa tertinggal.

Lebih dari sekadar akses, kita juga perlu memikirkan bagaimana mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum dengan cara yang tepat. Siswa perlu diajari untuk menggunakan teknologi secara efektif, bukan hanya sebagai alat untuk menyelesaikan tugas. Mereka perlu dipersiapkan untuk menghadapi dunia yang semakin terhubung dan digital.

Orang Tua dan Masyarakat: Peran yang Tak Terpisahkan

Di samping faktor-faktor di atas, kita tidak boleh melupakan peran orang tua dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sering kali, orang tua memiliki ekspektasi yang tinggi, tetapi mereka tidak terlibat dalam proses pendidikan anak. Dukungan orang tua terhadap pendidikan anak sangat penting, baik dari segi moral maupun material.

Masyarakat juga harus berperan aktif dalam mendukung pendidikan di lingkungan sekitar. Program-program pengembangan pendidikan yang melibatkan masyarakat, seperti kegiatan ekstrakurikuler atau bimbingan belajar, dapat membantu siswa belajar dengan lebih baik.

Solusi: Melangkah Menuju Pendidikan Berkualitas

Meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia bukanlah tugas yang mudah, tetapi bukan pula sesuatu yang mustahil. Beberapa langkah yang dapat diambil adalah:

  • Pelatihan Berkelanjutan untuk Guru: Menyediakan program pelatihan yang terus menerus dan relevan untuk guru guna meningkatkan kompetensi mereka.
  • Kurikulum yang Fleksibel: Mengembangkan kurikulum yang lebih adaptif dan berorientasi pada kebutuhan siswa serta perkembangan zaman.
  • Akses Teknologi yang Merata: Memastikan semua sekolah, terutama di daerah terpencil, memiliki akses terhadap teknologi dan internet.
  • Kolaborasi dengan Masyarakat: Mendorong keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan, agar siswa merasa didukung.
  • Evaluasi Sistematis: Melakukan evaluasi secara berkala terhadap sistem pendidikan untuk melihat apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki.

Pendidikan yang berkualitas adalah hak setiap anak di Indonesia. Kita tidak boleh terus menerus terjebak dalam siklus rendahnya kualitas pendidikan tanpa berusaha mencari solusi. Sudah saatnya kita menggali akar masalah dan bekerja sama untuk menciptakan pendidikan yang tidak hanya memadai, tetapi juga berkualitas. Generasi masa depan bangsa ini ada di tangan kita, dan mereka berhak mendapatkan pendidikan yang terbaik. Mari kita bersama-sama berjuang untuk mewujudkan cita-cita pendidikan yang lebih baik di tanah air.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun