Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teman Tapi Mesra

19 Oktober 2024   20:17 Diperbarui: 19 Oktober 2024   20:33 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah desa yang sejuk, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal sering menghabiskan waktu bersama di warung kopi sambil berbagi cerita. Suatu malam, mereka memutuskan untuk mendiskusikan fenomena 'teman tapi mesra' yang sedang ramai dibicarakan.

Kobar, yang selalu berusaha menganalisis, membuka pembicaraan. "Kalian tahu kan istilah 'teman tapi mesra' ? Di media sosial, banyak orang menggunakan istilah ini untuk menggambarkan hubungan yang ambigu. Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan 'teman tapi mesra' ini?"

Kahar mengangguk. "Betul, Kob! Banyak orang sekarang bingung dengan perasaan mereka sendiri. Mereka ingin menganggap seseorang sebagai teman, tapi di sisi lain, ada perasaan yang lebih dalam. Akhirnya, timbul situasi canggung!"

Badu, si pelawak, langsung menambahkan, "Ya, seperti yang terjadi pada pasangan Rudi dan Siti! Mereka berdua saling mengaku sebagai teman, tapi selalu terlihat mesra, saling bercanda, dan bahkan saling menggenggam tangan! Sampai-sampai tetangga mereka bingung, ini hubungan apa sebenarnya?"

Rijal, yang biasanya pendiam, ikut memberikan pendapat. "Tapi ini juga mencerminkan ketidakpastian di era modern. Banyak orang lebih memilih untuk tidak menamai hubungan mereka agar tidak terikat. Seperti, 'Kami tidak pacaran, hanya teman tapi mesra.'"

Kobar mengangguk. "Betul! Dan yang lebih menarik, ini sering kali terjadi di media sosial. Mereka saling meng-upload foto bersama, memberi komentar manis, tetapi saat ditanya, mereka berkata, 'Oh, kami hanya teman!'"

Kahar menimpali. "Coba bayangkan jika mereka semua berkata jujur. 'Kami tidak pacaran, tapi kami melakukan semua hal seperti pasangan. Teman tapi mesra, ya gitu deh!'"

Badu menambahkan, "Kalau mereka sudah nyaman dengan istilah itu, seharusnya mereka bisa membuat grup bernama Teman Tapi Mesra dan saling mendukung untuk mengubah status hubungan mereka menjadi lebih jelas!"

Rijal tersenyum. "Tapi jika semua orang berpegang pada istilah ini, kita bisa kehilangan makna dari persahabatan itu sendiri. Hubungan harus jelas, agar tidak ada yang merasa tersakiti atau bingung."

Kobar setuju. "Jadi, mungkin kita perlu melakukan sesuatu. Mari kita adakan pertemuan untuk membahas apa arti persahabatan sejati. Kita bisa mengundang semua teman-teman kita yang mengalami hal serupa!"

Kahar bersemangat. "Dan kita bisa menyiapkan tema 'Klarifikasi Hubungan: Teman atau Lebih?' Serta memberi mereka kesempatan untuk berbagi pengalaman. Agar tidak ada lagi yang ragu atau merasa bingung!"

Badu tak mau kalah. "Kita juga bisa menyiapkan permainan! Siapa yang paling berani untuk mengungkapkan perasaannya di depan umum! Mungkin bisa jadi ajang 'Teman Tapi Mesra' jadi lebih jelas!"

Rijal menambahkan, "Dan kita harus ingat untuk mengedukasi mereka tentang pentingnya komunikasi. Keterbukaan adalah kunci untuk menghindari kebingungan dalam hubungan."

Dengan semangat, mereka merencanakan pertemuan tersebut. Malam itu, sambil menyeruput kopi, mereka bertekad untuk membantu teman-teman mereka yang terjebak dalam status teman tapi mesra untuk memahami dan memperjelas hubungan mereka.

Akhirnya, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal pulang dengan tekad baru. Mereka ingin menunjukkan bahwa persahabatan yang tulus haruslah jelas dan terbuka. Tidak ada yang lebih baik daripada memiliki hubungan yang sehat, di mana semua pihak tahu perasaan masing-masing.

Karena, pada akhirnya, tidak ada yang lebih penting daripada memahami satu sama lain, entah itu sebagai teman, pasangan, atau bahkan lebih dari itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun