Badu, dengan ekspresi mengada-ada, menjawab, "Salah satu cara Allah mengingatkan agar aku tetap santai dalam hidup ini! Jadi, makanya, aku tidak bisa terburu-buru!"
Kahar menambahkan, "Jadi, bagaimana jika kita membuat sebuah acara 'Syukuran' setiap bulan? Kita bisa berkumpul dan berbagi cerita tentang pengalaman kita yang menunjukkan betapa baiknya Allah. Kita bisa merayakan hal-hal kecil!"
Rijal bersemangat. "Iya! Kita bisa mengundang tetangga untuk bergabung, menceritakan pengalaman mereka, dan berbagi makanan! Makanan dan syukur, kombinasi yang pas!"
Kobar mengangguk setuju. "Jadi, acara itu bukan hanya tentang berbagi makanan, tetapi juga berbagi hikmah. Dengan begitu, kita bisa saling mengingatkan bahwa Allah selalu baik, dalam suka maupun duka."
Badu berteriak, "Dan jangan lupa, kita bisa memasukkan permainan! Siapa yang bisa cerita paling konyol dan masih bisa bersyukur, dapat hadiah!"
Dengan tawa dan semangat, keempat sahabat itu merencanakan acara syukuran yang akan membawa kebahagiaan dan pengingat tentang kebaikan Allah dalam hidup mereka. Mereka menyadari bahwa dalam setiap tawa, ada hikmah yang bisa dipelajari dan disyukuri.
Malam itu, sambil menyeruput kopi, mereka pulang ke rumah dengan hati yang lebih ringan. Mereka bertekad untuk selalu melihat kebaikan Allah dalam setiap aspek hidup, apapun yang terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H