Di sebuah desa yang damai, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal berkumpul di warung kopi sambil menyeruput minuman hangat. Malam itu, mereka membahas tema yang dekat dengan hati: 'Allah Maha Baik'. Namun, obrolan mereka tak lepas dari canda tawa yang menyegarkan.
Kobar, si filosof desa, memulai diskusi. "Teman-teman, kita sering mendengar istilah 'Allah Maha Baik', kan? Tapi, kadang aku merasa banyak orang menggunakan ungkapan itu hanya ketika hal baik terjadi. Saat ada musibah, kok bisa jadi lupa, ya?"
Kahar yang duduk di sampingnya mengangguk. "Iya, Kob. Ada teman kita, si Budi, yang selalu berdoa sebelum ujian. Ketika nilainya bagus, dia bilang, 'Allah Maha Baik!' Tapi, saat nilainya jelek, dia malah bilang, 'Ini ujian dari Allah!'"
Badu, si pelawak, langsung ikut nimbrung. "Nah, itu dia! Seolah-olah Allah cuma baik saat memberikan rezeki. Waktu dia dapat beasiswa, dia berteriak, 'Terima kasih, Allah!' Tapi saat dapat penilaian jelek, dia langsung nyalahin 'sistem'!"
Rijal yang pendiam, tapi sering memberikan pandangan yang bijak, berkata, "Sebetulnya, kita harus bisa melihat hal-hal kecil dalam hidup. Misalnya, ketika kita tersesat di jalan, kita bisa menemukan tempat makan enak. Mungkin itu juga bagian dari 'Allah Maha Baik."
Kobar tersenyum. "Benar, Rijal! Terkadang, kita terlalu fokus pada masalah besar dan lupa bersyukur untuk hal-hal kecil. Seharusnya kita bisa bersyukur setiap hari, bukan hanya saat mendapatkan hal besar."
Kahar menambahkan, "Coba bayangkan, kalau kita bisa bersyukur setiap hari, bahkan saat terjebak macet, kita bisa bilang, 'Terima kasih, Allah, aku dapat kesempatan untuk mendengarkan podcast kesukaan!'"
Badu tertawa. "Dan kalau kita kehilangan pekerjaan, kita bisa berpikir, 'Allah memberi kesempatan untuk memulai usaha sendiri!' Jangan-jangan, itu cara Allah untuk membuat kita jadi pengusaha sukses!"
Rijal ikut menggoda. "Atau ketika kita sakit, kita bisa berkata, 'Allah ingin aku beristirahat dan merenung.' Siapa tahu, sakit itu sebenarnya berkah!"
Kobar menggoda Badu, "Atau saat Badu datang terlambat ke pertemuan, dia bisa bilang, 'Saya terjebak di jalan, tapi ini mungkin cara Allah agar aku tidak terlalu serius!'"