berdoa dan berusaha*, dua hal yang sering kali diperdebatkan.
Di sebuah kampung yang tenang, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal berkumpul di pos ronda. Malam itu, suasana agak berbeda. Biasanya mereka membahas gosip, tapi kali ini mereka tampak serius. Topik hangat malam itu adalah tentang *Kobar, yang selalu berapi-api, membuka pembicaraan. "Jadi gini, teman-teman, banyak orang bilang, 'Berdoa saja, jangan lupa berusaha.' Tapi aku merasa berdoa itu sudah cukup. Tuhan sudah menentukan segalanya!"
Kahar, yang dikenal dengan kesabarannya, mengangguk pelan. "Kob, aku setuju bahwa doa itu penting. Tapi kita juga harus berusaha, lho. Tanpa usaha, doa kita bisa jadi hanya harapan kosong. Bayangkan aja, kalau kita mau mendapatkan sesuatu, tapi kita cuma duduk manis dan berharap. Toh, Tuhan juga tidak akan mengirimkan rezeki lewat langit."
Badu, yang selalu mencari jalan pintas, ikut menanggapi. "Eh, tapi kalau kita berdoa sambil berusaha, kan kita jadi capek. Aku lebih suka berdoa saja. Misalnya, kalau mau uang, ya sudah, aku berdoa minta uang. Minta Tuhan kasih keajaiban. Kenapa harus susah-susah berusaha?"
Rijal, yang lebih bijak, tersenyum mendengar Badu. "Badu, kamu itu luar biasa. Kapan saja ada masalah, selalu ada ide cemerlang untuk menghindar dari usaha. Tapi coba pikirkan, berdoa itu seperti membeli tiket pesawat. Kamu bisa membeli tiket, tetapi tanpa menuju bandara dan naik pesawat, tiket itu tidak ada gunanya. Sama halnya dengan doa; kamu perlu berusaha untuk mencapainya."
Kobar mulai merasa tertekan. "Tapi Rijal, aku sudah berdoa! Kenapa usaha yang aku lakukan tidak membuahkan hasil? Misalnya, aku sudah berusaha dengan keras untuk mendapatkan pekerjaan, tapi sampai sekarang masih belum berhasil."
Kahar mengangguk, memahami perasaan Kobar. "Kob, bisa jadi memang belum saatnya. Tapi bukan berarti kita harus berhenti berusaha. Kadang-kadang, Tuhan ingin melihat seberapa besar kita mau berjuang untuk mencapai sesuatu. Jadi, jangan pernah lelah untuk berusaha."
Badu, yang mulai merasa bosan dengan pembicaraan serius ini, berkomentar dengan nada sarkastis, "Nah, mungkin yang perlu kita lakukan adalah bikin pertemuan doa massal! Siapa tahu dengan berkumpul ramai-ramai, doa kita bisa lebih didengar. Lagipula, makin ramai, makin seru!"
Kahar menahan tawa, "Badu, kamu memang luar biasa. Tapi kita tidak bisa hanya mengandalkan keramaian, lho. Kita juga perlu konsistensi dan kesungguhan dalam berdoa dan berusaha."
Rijal menambahkan, "Aku setuju dengan Kahar. Doa adalah komunikasi kita dengan Tuhan, dan usaha adalah cara kita menunjukkan keseriusan kita. Mungkin kita perlu lebih disiplin dalam berusaha. Misalnya, jika kita berdoa untuk kesehatan, kita juga perlu menjaga pola makan dan berolahraga."
Kobar mengangguk, merasa terinspirasi. "Jadi, maksud kalian, kita harus seimbang antara doa dan usaha? Berdoa dan berusaha berjalan beriringan?"