Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tetangga Serba Salah

18 Oktober 2024   01:35 Diperbarui: 18 Oktober 2024   01:36 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tapi masalahnya, kamu terlalu cuek, Badu," Kobar menyela. "Ingat nggak waktu ibu tetangga sebelah minta tolong antar ke puskesmas, kamu malah bilang 'sabar ya, saya lagi nyuci motor'. Padahal dia sakit keras!"

Badu hanya tertawa kering, tak bisa membantah.

Akhirnya, Kahar yang dari tadi memperhatikan dengan seksama berkata, "Sebenarnya, masalah kita ini ada pada keseimbangan. Terlalu peduli, salah. Terlalu cuek, salah juga. Kita hanya perlu tahu kapan harus peduli dan kapan harus memberi ruang."

Kobar mengangguk-angguk, merasa tersentuh oleh kata-kata Kahar. "Benar juga, ya. Jadi tetangga itu susah-susah gampang. Kita mau jadi baik, tapi ternyata malah salah."

Rijal menyahut, "Mungkin kuncinya bukan cuma di tindakan kita, tapi juga bagaimana kita memahami kebutuhan tetangga. Kadang mereka butuh kita dekat, kadang mereka butuh kita jauh."

Badu yang mulai berpikir lebih dalam menambahkan, "Tetangga itu seperti garam. Kalau kebanyakan, bikin asin. Kalau kurang, hambar. Pas-pasan saja."

Diskusi malam itu ditutup dengan tawa mereka yang lepas, seakan-akan semua masalah menjadi ringan. Mereka menyadari bahwa menjadi tetangga yang baik bukanlah tentang selalu hadir atau selalu membantu, melainkan tentang menghormati batas-batas antara kepedulian dan privasi.

Namun, keesokan harinya, saat Rijal sedang menjemur baju, dia melihat Kobar lagi-lagi sibuk membetulkan pagar rumah tetangga yang lain---tanpa diminta.

"Ah, Kobar memang nggak pernah kapok," gumam Rijal sambil tersenyum lebar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun