Setelah mendirikan tenda, mereka berusaha menyalakan api untuk barbeque. Namun, angin kencang dan hujan membuat mereka kesulitan. Saat Kobar mencoba menyalakan api, angin justru meniupkan api ke arah tenda dan membuatnya terbakar.
"Ah, Kobar! Apa yang kamu lakukan?" teriak Rijal sambil berusaha memadamkan api dengan air.
"Ini semua bukan salahku! Ini hanya rencana yang tidak sesuai realita!" Kobar berusaha membela diri.
Kahar menggelengkan kepala, "Kita seharusnya mendengarkan peringatan tentang cuaca. Rencana kita hancur!"
Mereka terpaksa berlari menjauh dari tenda yang terbakar. Setelah beberapa saat berlari, mereka menemukan sebuah gubuk kecil di tepi sungai. Dengan perasaan campur aduk, mereka masuk ke dalam gubuk itu untuk berlindung dari hujan.
Di dalam gubuk, mereka bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Kobar, yang awalnya optimis, kini terlihat bingung. "Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanyanya.
Badu mencoba menenangkan keadaan. "Kita bisa duduk di sini dan menikmati hujan sambil berbagi cerita. Mungkin kita bisa menciptakan kenangan baru dari situasi ini."
Rijal menambahkan, "Ya, siapa tahu, ini bisa jadi pengalaman yang tak terlupakan. Rencana kita mungkin hancur, tapi kita tetap bisa bersenang-senang!"
Kahar menekankan, "Kita bisa belajar dari pengalaman ini. Terkadang, realita tidak sesuai rencana, dan kita harus bisa beradaptasi."
Mereka pun mulai bercerita, tertawa, dan menyadari bahwa meskipun rencana mereka hancur, mereka masih bisa menciptakan kenangan bersama. Kobar akhirnya bisa menerima bahwa tidak semua hal berjalan sesuai rencana.
Setelah hujan reda, mereka keluar dari gubuk dengan semangat baru. "Baiklah, kita tidak jadi mandi air terjun, tapi kita bisa bermain di genangan air!" seru Kobar, kini dengan semangat yang lebih realistis.