Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Rencana dan Realita Bertabrakan

17 Oktober 2024   18:28 Diperbarui: 17 Oktober 2024   18:28 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa yang dikelilingi sawah hijau dan bukit-bukit kecil, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal merupakan sahabat karib yang dikenal suka merencanakan berbagai kegiatan seru. Suatu hari, mereka memutuskan untuk mengadakan acara pemandian air terjun sebagai cara untuk merayakan akhir tahun.

Kobar, yang selalu optimis, mengusulkan, "Kita harus merencanakan pemandian air terjun di Sungai Tumpah. Akan ada banyak kegiatan seru, seperti lomba menyelam, barbeque, dan mungkin, karaoke!"

Kahar, yang lebih realistis, menjawab, "Hmm, kita perlu persiapan yang matang, Kobar. Terakhir kali kita pergi ke sana, cuaca buruk membuat kita harus membatalkan rencana. Kita harus memeriksa ramalan cuaca!"

"Ah, itu hanya detail kecil! Kita kan berencana membuat segalanya jadi menarik!" Kobar membantah.

Badu, yang sering menjadi mediator, berkata, "Bagaimana jika kita buat rencana cadangan? Siapa tahu terjadi hal yang tidak diinginkan!"

"Rencana cadangan? Itu ide bagus! Tapi kita akan tetap pergi ke Sungai Tumpah!" Kobar menekankan.

Rijal, yang lebih santai, mengangguk, "Baiklah, kita buat rencana dan harap semuanya berjalan lancar!"

Mereka pun mulai mempersiapkan segala hal untuk acara tersebut. Makanan dibeli, alat pemandian disiapkan, dan semua dijadwalkan. Kobar sangat bersemangat, sementara Kahar, Badu, dan Rijal menyimpan sedikit kekhawatiran di hati mereka.

Hari yang ditunggu pun tiba. Namun, saat mereka sedang bersiap-siap, cuaca mendung dan angin kencang mulai berhembus. "Ayo, kita berangkat!" seru Kobar, bersemangat meskipun awan gelap membayangi.

Setibanya di Sungai Tumpah, hujan mulai turun dengan derasnya. "Hmm, sepertinya kita harus berpikir ulang," Kahar berujar, melihat air yang mulai meluap.

"Jangan khawatir! Kita tetap bisa bersenang-senang! Kita bisa membuat tenda dan bermain di bawahnya!" Kobar berkata, tak mau menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun