Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belajar dari Pengalaman

17 Oktober 2024   17:27 Diperbarui: 17 Oktober 2024   17:34 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di suatu desa yang tenang, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal adalah sahabat yang sudah seperti keluarga. Mereka sering berkumpul di sebuah warung kopi kecil di pinggir jalan, berbagi cerita, dan saling memberi nasihat. Namun, satu sore, obrolan mereka berputar di sekitar topik yang lebih serius: pengalaman hidup.

Kobar, yang dikenal suka menggampangkan segala hal, bersandar di kursinya dan berkata, "Teman-teman, kenapa kita harus repot-repot belajar dari pengalaman? Hidup ini harusnya menyenangkan! Kenapa tidak kita nikmati saja?"

Kahar, yang lebih realistis, menjawab, "Kobar, pengalaman itu penting! Tanpa pengalaman, kita tidak akan belajar. Misalnya, aku pernah jatuh dari sepeda waktu kecil. Sekarang, aku lebih hati-hati setiap kali bersepeda."

"Ah, itu cuma jatuh dari sepeda. Aku lebih memilih berpetualang dan merasakan segala hal!" Kobar menantang.

Badu, yang sering jadi penengah, mencoba menjelaskan. "Kobar, belajar dari pengalaman itu seperti mengumpulkan batu-batu berharga. Setiap pengalaman, baik atau buruk, memberi kita pelajaran. Coba ingat pengalaman kita saat camping tahun lalu!"

Rijal mengangguk, "Iya, ingat waktu kita terjebak di hutan karena tersesat? Itu pengalaman yang sangat berharga!"

Kobar merespons, "Tapi aku tidak merasa itu berharga. Kita hanya duduk menunggu hingga pagi, berusaha agar tidak diserang nyamuk!"

Kahar menambahkan, "Tapi kita belajar untuk selalu membawa peta dan tidak percaya pada GPS saja. Itu pengalaman yang berharga!"

Mendengar penjelasan teman-temannya, Kobar berpikir. "Baiklah, ayo kita buat eksperimen! Kita ambil satu pengalaman yang sama dan kita lihat bagaimana itu mempengaruhi kita. Siapa yang bisa belajar lebih baik dari pengalaman itu?"

"Setuju!" teriak Badu bersemangat. "Mari kita camping lagi, kali ini kita akan lebih siap!"

Keesokan harinya, mereka bersiap-siap untuk camping dengan penuh semangat. Namun, Kobar berusaha menjadi 'pengalaman baru' dengan membawa barang-barang yang tidak biasa---seperti lemari kecil, kasur empuk, dan speaker besar.

"Hey, Kobar! Kita camping, bukan menggelar konser!" Kahar menertawakan Kobar saat melihat semua barang bawaannya.

"Justru itu! Kita harus membuat pengalaman ini berbeda! Camping yang mewah!" Kobar menjawab penuh percaya diri.

Saat mereka sampai di lokasi camping, Kobar menyuruh teman-temannya untuk membantu mendirikan "tenda" yang ternyata adalah sebuah kanopi besar yang lebih mirip panggung daripada tempat tidur.

"Ini adalah pengalaman baru! Kita bisa tidur di bawah bintang-bintang!" Kobar berseru.

Tapi setelah beberapa jam, semua barang mewah Kobar ternyata menjadi bumerang. Angin kencang mulai bertiup, dan kanopi yang seharusnya menjadi pelindung malah terbang ke udara seperti layang-layang. Kobar dan teman-temannya pun terpaksa berlari mengejar kanopi yang melayang, dan dalam kekacauan itu, semua peralatan mereka berhamburan.

"Ini semua salahmu, Kobar! Kamu terlalu percaya diri!" Kahar berteriak, berusaha menarik kanopi yang terbang.

Setelah berlarian dan berjuang dengan angin, akhirnya mereka kehabisan tenaga dan kembali ke tanah. Kobar, yang penuh dengan debu dan kotoran, mulai menyadari kesalahannya.

"Baiklah, mungkin pengalaman ini mengajarkan kita untuk tidak menganggap remeh situasi. Kita harus lebih realistis," Kobar mengakui.

Badu menepuk punggung Kobar, "Lihat? Itu yang aku maksud dengan belajar dari pengalaman! Setiap pengalaman memberi pelajaran. Kali ini, kita belajar bahwa tidak perlu berlebihan!"

Rijal menambahkan, "Dan juga, terkadang yang sederhana itu lebih baik. Kita seharusnya membawa barang yang lebih praktis!"

Setelah hari yang melelahkan namun penuh tawa, mereka berkumpul di sekitar api unggun. Masing-masing mulai menceritakan pengalaman lucu mereka selama camping. Kobar, yang semula merasa malu, kini mulai bisa tertawa bersama sahabatnya.

Kehangatan api unggun mengingatkan Kobar bahwa meskipun pengalaman bisa sulit dan menyakitkan, mereka juga bisa memberi kita tawa dan kenangan yang indah.

"Jadi, apa pelajaran kita hari ini?" tanya Kahar.

"Belajar dari pengalaman itu penting, dan jangan berlebihan!" Kobar menjawab, kini dengan senyum lebar.

"Dan kadang, hal-hal sederhana justru yang membuat kita bahagia," Badu menambahkan.

Mereka semua sepakat dan merasakan kehangatan persahabatan yang tak ternilai. Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal pulang dengan cerita yang akan selalu mereka ingat dan tawakan di kemudian hari.

Dari pengalaman camping yang berantakan itu, Kobar belajar bahwa setiap pengalaman, baik atau buruk, adalah kesempatan untuk tumbuh---dan terkadang, kecerobohan membawa pelajaran yang lebih berharga daripada kesempurnaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun