Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tenang di Tengah Cobaan

17 Oktober 2024   14:24 Diperbarui: 17 Oktober 2024   14:27 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa kecil yang dikenal tenang, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal sering berkumpul di tepi sungai. Tempat itu menjadi spot favorit mereka untuk melepas penat, berbagi cerita, dan bercanda. Namun, pagi itu, suasana terasa berbeda. Cuaca mendung dan angin berhembus kencang, seolah meramalkan sesuatu yang tak menyenangkan.

"Eh, kenapa wajah kalian pada kusut gitu? Seperti baru dikejar utang!" Kobar mengawali obrolan sambil mengamati sahabat-sahabatnya.

Kahar menggeleng, "Gak ada utang, tapi hidup kita seperti dikejar cobaan. Lihat saja, Badu, sudah seminggu ini usaha gorengannya sepi pembeli!"

Badu mengeluh, "Iya, ini bikin stres! Belum lagi, Rijal, kamu pasti tahu ibumu marah karena kamu belum selesai kuliah!"

Rijal mengangguk pasrah. "Iya, semua terasa berat. Mau belajar, tapi kerjaan juga banyak. Kadang aku merasa seperti mengkhianati harapan orang-orang."

Kobar, yang berusaha tetap optimis, berkata, "Ayo, kita coba tenang. Kita bisa hadapi semua ini. Setiap cobaan pasti ada jalan keluarnya!"

"Tenang? Kamu lihat sendiri. Banjir lagi di desa sebelah, orang-orang pada ribut, dan kita di sini hanya ngeluh!" Kahar menggerutu.

Badu berusaha mencairkan suasana. "Tapi, setidaknya kita punya tempat untuk berkumpul dan berbagi. Kita masih bisa tertawa meski dunia di luar sana kacau balau!"

Kahar menatap sungai. "Kamu benar. Sungai ini selalu tenang meski badai datang. Mungkin kita perlu belajar dari alam."

Rijal, yang lebih serius, berkata, "Tapi bagaimana caranya kita bisa tenang saat semua orang di sekitar kita gelisah? Kita juga merasa tertekan dengan keadaan ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun