"Tapi, sebenarnya, kita juga harus bisa berkontribusi. Ayo, bantu mereka dengan ide-ide yang tenang!" Rijal menambahkan.
Kobar mengangguk setuju. "Kita bisa jadi jembatan antara warga. Mungkin bisa membantu meredakan ketegangan."
Setelah itu, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal beranjak dari tempat duduk mereka dan mendekati kerumunan. Kobar mulai berbicara. "Teman-teman, mari kita duduk bersama dan diskusikan ini dengan tenang. Kita semua ingin yang terbaik untuk desa kita."
Warga, yang awalnya berdebat, mulai mendengarkan. Kahar mengambil inisiatif, "Mari kita bagi kelompok kecil. Setiap kelompok bisa menciptakan ide-ide yang lebih baik. Dengan begitu, semua suara bisa didengar."
Badu, yang merasa optimis, berkata, "Dan kita bisa menjadwalkan pertemuan rutin. Jadi, kita tidak perlu menunggu sampai masalah jadi besar!"
Rijal menambahkan, "Setelah kita dapat masukan dari semua pihak, kita bisa lebih mudah menentukan langkah selanjutnya."
Akhirnya, warga mulai berdiskusi lebih tenang. Beberapa dari mereka mencatat ide-ide yang muncul, dan suasana mulai menghangat. Badu, Kahar, Kobar, dan Rijal merasa bangga karena telah membantu meredakan ketegangan.
Setelah pertemuan selesai, mereka kembali ke tepi sungai, semua tampak lebih ceria. "Kita berhasil! Kira-kira kita sudah tenang di tengah cobaan, kan?" Kobar bertanya.
Kahar tertawa. "Iya, dan kita bahkan bisa jadi mediator. Ini bukan hanya tentang kita, tapi juga tentang desa."
Badu menambahkan, "Setiap cobaan membawa pelajaran. Kita bisa belajar untuk tetap tenang meski keadaan sulit."
Rijal, yang biasanya serius, tersenyum lebar. "Dan mungkin, kita bisa menerapkan ini dalam kehidupan sehari-hari. Siapa yang tahu, mungkin bisa bikin kita jadi lebih bijaksana!"