Setelah berencana, mereka berempat sepakat untuk menyebar berita dan mengajak pemuda desa. Saat hari acara tiba, warung Bu Tini dipenuhi dengan pemuda-pemuda yang tampak antusias.
"Akhirnya, kita berhasil mengundang mereka!" Kobar berbisik pada Kahar.
"Betul, Kobar. Dari titik terendah ini, kita bisa menciptakan momen yang berarti," kata Kahar, sambil melihat para pemuda berkumpul.
Badu, yang selalu bersemangat, berteriak. "Ayo, kita mulai! Selamat datang di Turnamen Karung Sehat!"
Rijal menambahkan, "Jangan lupa, tujuan kita bukan hanya menang atau kalah, tapi juga untuk bersama-sama mengangkat semangat!"
Ketika permainan dimulai, tawa dan sorakan menggema di sepanjang desa. Para pemuda terlibat aktif, dan suasana ceria menggantikan rasa pesimis yang sebelumnya mengganggu mereka. Saat melihat semua orang menikmati, Kobar merasa bangga.
"Lihat, kita tidak perlu menunggu keajaiban datang. Kita bisa menciptakan momen bahagia dari titik terendah kita sendiri," ujar Kobar kepada sahabat-sahabatnya.
Kahar, yang kini lebih optimis, berkata, "Mungkin inilah pelajaran terpenting. Bahwa setiap titik terendah bisa menjadi titik awal untuk sesuatu yang lebih baik."
Badu menambahkan, "Dan yang terpenting, kita tidak sendirian. Kita punya satu sama lain!"
Rijal mengangguk setuju. "Satu langkah kecil, satu tawa yang membangkitkan semangat. Hidup memang tidak selalu mulus, tapi selama kita bersama, kita bisa menghadapinya."
Mereka terus merayakan momen itu, dan di tengah tawa dan kebahagiaan, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal menyadari bahwa bahkan di titik terendah, mereka masih bisa menemukan kekuatan untuk bangkit dan menciptakan perubahan positif.