Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjadi Diri Sendiri

17 Oktober 2024   00:10 Diperbarui: 17 Oktober 2024   00:21 0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa kecil, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal dikenal sebagai kelompok sahabat yang selalu memiliki pandangan unik tentang kehidupan. Mereka sering berkumpul di warung kopi Bu Tini untuk mendiskusikan berbagai hal, mulai dari cuaca hingga isu-isu berat. Suatu sore, ketika angin berhembus lembut dan aroma kopi menyegarkan udara, Kobar mengangkat sebuah topik yang menarik.

"Teman-teman, bagaimana sih caranya menjadi diri sendiri?" tanya Kobar sambil menyeduh kopi.

Kahar, yang selalu memikirkan hal-hal mendalam, menjawab, "Menjadi diri sendiri itu penting. Namun, kadang-kadang kita terpengaruh oleh orang lain dan merasa tidak nyaman dengan diri kita sendiri."

Badu, dengan cara bicara yang jenaka, menimpali, "Seperti aku! Ketika aku melihat orang-orang berlari setiap pagi, aku juga mau berlari. Tapi, aku lebih suka tidur! Jadi, di mana letak 'diriku' di sini?"

Rijal, yang biasanya sok bijak, berkata, "Tapi Badu, bukankah kita perlu mengikuti tren untuk dianggap modern? Aku lihat banyak orang di media sosial mengubah gaya mereka agar terlihat keren!"

Kobar mengangguk. "Itu benar, Rijal. Tapi apakah itu benar-benar diri kita? Atau kita hanya berusaha menyenangkan orang lain?"

"Hmm, menarik juga," kata Kahar. "Jadi, sepertinya kita perlu menemukan keseimbangan antara menjadi diri sendiri dan beradaptasi dengan lingkungan."

Badu yang mulai merasa bingung bertanya, "Tapi bagaimana kita tahu kalau kita benar-benar menjadi diri sendiri? Apakah ada tanda-tandanya?"

Kahar berpikir sejenak, lalu menjawab, "Mungkin jika kita merasa nyaman dan tidak perlu berpura-pura di depan orang lain. Misalnya, saat kita bisa menjadi konyol tanpa takut dinilai buruk."

"Jadi, apa yang terjadi jika kita memang konyol?" tanya Rijal sambil tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun