Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sandaran Terbaik dalam Kehidupan

16 Oktober 2024   23:09 Diperbarui: 16 Oktober 2024   23:47 0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah desa yang tenang, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal adalah sahabat karib yang sering berkumpul di warung kopi Bu Tini. Di antara gelak tawa dan cerita-cerita konyol, mereka juga sering mendiskusikan hal-hal serius. Suatu sore, saat mereka sedang asyik menikmati kopi, Kobar mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat suasana semakin hangat.

"Teman-teman, menurut kalian, apa sandaran terbaik dalam hidup ini?" tanya Kobar sambil menyesap kopinya.

Kahar, si pemikir kritis, langsung menyahut, "Hmm, bagi aku, sandaran terbaik adalah keluarga. Tanpa mereka, kita tidak punya tempat untuk pulang. Mereka selalu ada untuk mendukung kita, bahkan saat kita jatuh."

"Setuju!" Badu menimpali. "Keluarga adalah segalanya. Mereka bisa menerima kita apa adanya, bahkan jika kita berbuat kesalahan. Aku ingat waktu aku gagal ujian, orang tuaku tetap menyemangatiku!"

Rijal, yang selalu punya cara pandang berbeda, tersenyum lebar. "Bagaimana kalau sandaran terbaik itu uang? Uang bisa membeli kebahagiaan, kan? Dengan uang, kita bisa mendapatkan segala yang kita inginkan!"

"Rijal, kamu benar-benar berpikir seperti itu?" Kahar menggelengkan kepala sambil tertawa. "Uang memang penting, tapi itu tidak bisa menggantikan kasih sayang dan dukungan dari orang-orang terkasih."

Badu menambahkan, "Jangan-jangan Rijal ingin jadi raja di kerajaan uang!"

Rijal merespons dengan percaya diri, "Mengapa tidak? Kalau aku jadi raja, semua orang akan menghormati dan mendengarkan aku!"

Kobar, yang menikmati perdebatan itu, berkata, "Jadi, kita punya tiga sandaran: keluarga, uang, dan mungkin juga teman-teman. Apa kalian tidak setuju bahwa persahabatan juga sangat berharga?"

Semua setuju. Kahar mengangguk. "Ya, persahabatan bisa memberikan kita dukungan emosional yang tidak bisa diberikan oleh uang. Kita bisa berbagi masalah dan mencari solusi bersama."

Badu lalu mencetuskan gagasan baru. "Bagaimana kalau kita buat tantangan? Kita cari tahu sandaran terbaik dalam kehidupan masing-masing. Kita lakukan selama seminggu, dan minggu depan kita diskusikan hasilnya di sini!"

Rijal dengan semangat berkata, "Tentu saja! Aku akan mencari tahu apakah uang benar-benar bisa menjadi sandaran terbaik!"

Kobar, Kahar, dan Badu setuju dan mereka sepakat untuk mengeksplorasi sandaran hidup masing-masing. Mereka pulang ke rumah dengan semangat yang baru.

Seminggu berlalu, dan mereka kembali berkumpul di warung Bu Tini. Kobar membuka pertemuan dengan penuh antusias. "Baiklah, siapa yang mau mulai?"

Kahar langsung angkat tangan. "Aku! Selama seminggu ini, aku berusaha lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluargaku. Kami makan malam bersama setiap malam, dan rasanya luar biasa! Aku merasa lebih dekat dengan mereka."

Badu menambahkan, "Aku juga melakukan hal yang sama! Namun, aku lebih fokus pada pertemanan. Aku mengajak teman-teman bermain dan mengobrol. Rasanya sangat menyenangkan!"

Giliran Rijal. "Aku, eh, tidak melakukan apa-apa dengan uang. Tapi aku menghabiskan waktu dengan teman-temanku dan menyadari bahwa berbagi momen bersama mereka jauh lebih berharga daripada sekadar mengumpulkan uang."

Kobar tersenyum. "Jadi, Rijal, apakah kamu sekarang berpikir uang bukan sandaran terbaik?"

"Tidak juga," jawab Rijal sambil tersenyum nakal. "Tapi aku mengerti bahwa memiliki teman dan keluarga adalah hal yang lebih berharga. Meski aku masih ingin jadi raja uang!"

Semua tertawa, dan Kahar menambahkan, "Jadi, kita semua sepakat bahwa sandaran terbaik adalah kombinasi antara keluarga, teman, dan mungkin juga uang, tetapi bukan yang utama?"

"Setuju!" seru Badu. "Dengan memiliki orang-orang terkasih di sekitar kita, kita bisa melalui segala tantangan, dan itu jauh lebih berharga daripada sekadar uang!"

Kobar, dengan wajah serius namun tetap ceria, menyimpulkan, "Jadi, teman-teman, mari kita terus mendukung satu sama lain. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi dengan sandaran yang tepat, kita bisa menghadapi apa pun!"

Dengan semangat baru dan ikatan persahabatan yang lebih kuat, mereka menikmati kopi sambil tertawa dan merencanakan momen-momen indah bersama. Mereka tahu bahwa sandaran terbaik dalam hidup ini bukan hanya sekadar materi, tetapi juga cinta dan persahabatan yang tulus. Dan dengan itu, mereka siap menghadapi semua tantangan yang ada di depan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun