Semua setuju, dan Kahar mencatat kebiasaan buruk mereka. Kobar memilih untuk tidak lagi melupakan buku pinjaman, Kahar berjanji untuk lebih rajin berolahraga, Badu memilih untuk datang tepat waktu, dan Rijal memutuskan untuk tidak mengabaikan tanggung jawabnya.
Setelah seminggu berlalu, mereka kembali berkumpul di warung Bu Tini. Kobar membuka pertemuan. "Oke, teman-teman! Siapa yang mau mulai?"
Kahar melangkah maju. "Aku! Selama seminggu ini, aku mencoba untuk berolahraga setiap hari. Meskipun aku hanya bisa berlari selama sepuluh menit, aku merasa lebih baik!"
"Bagus, Kahar!" seru Badu.
Giliran Badu. "Aku berhasil datang tepat waktu ke warung! Bahkan, aku datang sepuluh menit lebih awal!"
"Wah, itu prestasi luar biasa!" ujar Rijal sambil bertepuk tangan.
"Sekarang giliranmu, Rijal!" Kobar mendorongnya.
Rijal mengangkat bahu. "Sebenarnya, aku sudah berusaha untuk lebih bertanggung jawab, tetapi aku masih sering lupa mengerjakan tugas. Hanya saja, aku tidak mengabaikannya lagi. Itu juga kemajuan, kan?"
"Ya, itu kemajuan!" Kahar setuju. "Yang penting adalah usaha!"
Kobar, dengan penuh percaya diri, mengumumkan, "Aku berhasil mengembalikan semua buku pinjaman! Tidak ada halaman yang robek!"
Semua bersorak gembira, tetapi tiba-tiba, Rijal mengangkat tangan. "Tunggu, aku punya pertanyaan. Apa yang terjadi jika kita kembali ke kebiasaan buruk kita setelah seminggu ini?"