Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manajemen Konflik

15 Oktober 2024   16:39 Diperbarui: 15 Oktober 2024   16:42 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Badu, yang lebih suka diam, tiba-tiba berkata, "Tunggu! Kenapa kita tidak berpikir dari sudut pandang tanah itu? Mungkin dia ingin memiliki pemilik baru?"

Kahar menggelengkan kepala. "Tanah tidak bisa berbicara, Badu. Kita yang harus berbicara!"

Rijal mencoba menyelamatkan situasi. "Mari kita ciptakan kesepakatan. Bagaimana kalau Pak Budi dan Pak Sandi saling bertukar tanah untuk seminggu? Siapa tahu mereka menemukan bahwa tanah itu tidak seburuk yang mereka kira?"

Setelah beberapa menit diskusi yang sengit dan semakin banyak interupsi, Kobar dengan berani berkata, "Mari kita adakan kontes! Siapa yang bisa membuktikan bahwa tanah itu lebih baik untuk dijadikan ladang sayur akan mendapatkan tanahnya!"

Semua orang terdiam, lalu Pak Budi dan Pak Sandi setuju untuk melakukan kontes tersebut. Ternyata, keduanya sama-sama tidak tahu cara bercocok tanam. Setelah berhari-hari berjuang, mereka justru menciptakan ladang yang penuh dengan rumput liar.

Ketika masalah itu selesai, mereka beralih ke konflik berikutnya: perdebatan tentang siapa yang paling jago bermain catur. Mereka mengundang semua pemain catur di desa dan mengadakan turnamen. Namun, masalah muncul saat semua orang mengklaim bahwa mereka adalah "Raja Catur" di desa.

Kahar, yang sudah mulai frustrasi, berteriak, "Tapi semua orang ingin jadi raja! Bagaimana kalau kita adakan pemilihan umum untuk menentukan siapa yang benar-benar raja catur?"

Badu, sambil menguap, menambahkan, "Atau kita bisa pilih acak dari topi! Siapa yang beruntung, dia raja!"

Rijal, meski merasa putus asa, bersikeras, "Mari kita lakukan pemilihan dengan jujur! Kita bisa menulis nama mereka dan memberikan suara!"

Setelah semua perdebatan, akhirnya mereka sepakat untuk mengadakan pemilihan umum. Namun, saat penghitungan suara, Kobar terkejut melihat hasilnya. "Tunggu! Kenapa semua orang memilih diri mereka sendiri?"

Mereka pun menyadari bahwa untuk menyelesaikan konflik, mereka juga perlu memperbaiki cara mereka berkomunikasi. "Mungkin kita terlalu fokus pada konflik dan lupa untuk mendengarkan satu sama lain," kata Kobar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun