Beberapa bulan kemudian, saat Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal duduk di pos ronda, mereka mendengar dari jauh suara anak-anak yang sedang menyanyi di sekolah.
"Hey, lihat! Mereka masih nyanyi, kan?" Kobar menunjuk ke arah sekolah.
"Dan mereka tetap senang!" jawab Kahar. "Ternyata, meskipun ada kritik, Pak Surya masih bisa mengajarkan dengan cara yang asyik."
Badu tersenyum. "Yang penting, pendidikan tidak hanya soal buku dan pelajaran, tapi juga soal bagaimana menjadikan proses belajar itu menyenangkan."
Rijal menambahkan, "Terkadang, cara paling efektif untuk mengajar adalah dengan menyentuh hati anak-anak, bukan hanya otak mereka."
Akhirnya, mereka menyadari bahwa pendidikan bukan hanya tentang menyampaikan materi, tetapi juga tentang menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan. Dan dengan begitu, Desa Harapan pun menjadi contoh bagi desa-desa lain tentang bagaimana mengajar dengan gaya yang berbeda, tapi tetap memiliki tujuan yang sama: mencerdaskan anak bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H