Di Kampung Ngumbar, rutinitas ronda malam adalah tradisi turun-temurun. Setiap warga laki-laki di kampung itu wajib bergantian berjaga untuk memastikan kampung aman dari pencuri, ular, atau bahkan hantu yang sering jadi bahan obrolan warga. Namun, ada fenomena baru yang tiba-tiba menghebohkan para lelaki ronda: janda baru pindah kampung.
Namanya Bu Sumi. Sejak suaminya meninggal setahun lalu, ia memilih tinggal di Kampung Ngumbar untuk mencari ketenangan. Tak disangka, kehadiran Bu Sumi yang cantik dan ramah itu membuat para lelaki ronda berubah total. Malam yang biasanya penuh dengan obrolan santai soal hasil kebun atau harga kambing, kini jadi penuh bisik-bisik soal siapa yang ingin lebih sering ronda di dekat rumah Bu Sumi.
Suatu malam, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal sedang duduk di pos ronda. Biasanya, mereka berjaga dengan santai, tetapi kali ini suasana agak berbeda. Kobar tampak lebih bersemangat daripada biasanya, bahkan membawa kopi dan gorengan lebih banyak dari biasanya.
"Bor, kenapa semangat banget bawa bekal ronda malam ini? Ada yang spesial?" tanya Kahar dengan nada menggoda.
Kobar tersenyum lebar sambil menepuk pundak Kahar. "Bro, semangat jaga kampung itu harus. Apalagi sekarang ada warga baru, Bu Sumi. Kita kan harus lebih waspada, jangan sampai ada hal-hal aneh terjadi di sekitar rumahnya."
Badu tertawa kecil. "Oh, aku ngerti sekarang. Yang aneh itu bukan maling, tapi niat kamu buat jagain Bu Sumi."
Rijal yang dari tadi diam akhirnya ikut bicara. "Bor, jaga ronda itu kan buat keamanan kampung, bukan buat ngincer janda. Jangan sampai kamu malah bikin kacau suasana."
Kobar menepuk-nepuk dadanya dengan percaya diri. "Tenang, tenang! Aku ini tulus. Bu Sumi itu kan sendirian, kita sebagai lelaki harus melindungi, memastikan dia aman. Kalau bukan kita, siapa lagi?"
"Memang betul, Bor," Kahar menimpali, "tapi kalau niat kamu cuma buat deketin Bu Sumi, itu beda cerita."
Malam itu, dengan berbagai dalih, Kobar dengan berapi-api menyusun rencana. Ia mengusulkan agar pos ronda dipindah lebih dekat ke rumah Bu Sumi. Katanya, "strategis" buat memantau daerah yang rawan. Namun, teman-temannya tahu betul bahwa yang dimaksud dengan "strategis" itu bukan sekadar keamanan kampung, melainkan "strategis" untuk lebih sering bertemu Bu Sumi.