Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Kita Makin Individualis?

11 Oktober 2024   09:26 Diperbarui: 11 Oktober 2024   09:31 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perubahan dalam Struktur Keluarga dan Komunitas

Individualisme yang makin kuat juga bisa dilihat dari perubahan dalam struktur keluarga dan komunitas. Di masa lalu, keluarga besar dan komunitas lokal berperan penting dalam mendukung individu. Namun, kini semakin banyak orang yang hidup terpisah dari keluarga besar dan jarang terlibat dalam komunitas lokal. Mobilitas yang tinggi, urbanisasi, dan kesibukan kerja membuat kita lebih banyak menghabiskan waktu sendirian atau hanya dengan keluarga inti. Hilangnya dukungan dari jaringan keluarga besar atau komunitas membuat individu semakin mandiri, namun di sisi lain, juga semakin terisolasi.

Komunitas-komunitas lokal yang dulunya menjadi pusat interaksi sosial kini mulai ditinggalkan. Orang lebih memilih kenyamanan berinteraksi secara online atau memilih aktivitas-aktivitas yang sifatnya lebih personal, seperti menonton film atau bermain game sendirian, daripada berpartisipasi dalam kegiatan komunitas. Perubahan ini membuat hubungan antarmanusia semakin longgar, dan keakraban sosial pun semakin tergerus.

Dampak Individualisme Terhadap Masyarakat

Meningkatnya individualisme memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan sosial. Salah satu dampak paling nyata adalah menurunnya rasa empati dan solidaritas. Ketika setiap orang hanya fokus pada kepentingan pribadi, mereka cenderung menjadi kurang peduli terhadap masalah orang lain atau komunitas secara keseluruhan. Fenomena ini terlihat dalam berbagai aspek kehidupan, seperti menurunnya partisipasi dalam kegiatan sosial atau politik, serta munculnya apatisme terhadap isu-isu kemanusiaan.

Selain itu, individualisme yang berlebihan juga berkontribusi terhadap meningkatnya angka masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan kesepian. Meskipun teknologi memungkinkan kita untuk selalu "terhubung," banyak orang merasa lebih kesepian dari sebelumnya. Hubungan sosial yang dangkal dan kurangnya interaksi tatap muka membuat manusia kehilangan dukungan emosional yang seharusnya mereka dapatkan dari pertemanan atau keluarga.

Refleksi dan Jalan Keluar

Untuk melawan kecenderungan ini, kita perlu kembali menilai apa yang benar-benar penting dalam kehidupan. Nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, dan empati harus ditempatkan kembali sebagai fondasi utama dalam hubungan sosial. Di tengah dunia yang semakin terfragmentasi, membangun hubungan yang autentik dan bermakna menjadi semakin penting.

Kita juga perlu lebih sadar dalam menggunakan teknologi, bukan sebagai pengganti interaksi tatap muka, tetapi sebagai alat yang memperkuat hubungan nyata. Selain itu, memperkuat peran komunitas dan keluarga besar dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi langkah konkret untuk menumbuhkan kembali rasa kebersamaan dan mengurangi individualisme yang berlebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun