Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencari Aib Orang Lain Lupa Aib Sendiri: Cermin Buram Perilaku Sosial

8 Oktober 2024   08:01 Diperbarui: 8 Oktober 2024   08:03 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Setiap individu memiliki kekurangan yang mungkin tampak kecil bagi dirinya, namun bisa jadi besar di mata orang lain. Fenomena mencari aib orang lain, sementara lupa terhadap aib sendiri, seolah menjadi sebuah budaya yang diam-diam menjalar di berbagai lapisan masyarakat. Fenomena ini tak hanya merugikan mereka yang menjadi korban pencarian aib, tetapi juga mencerminkan keretakan moral dan spiritualitas pada diri si pencari aib.

Budaya Menghakimi dan Ketidaksadaran Diri

Kebiasaan mencari aib orang lain berakar dari keinginan untuk menutupi atau bahkan melupakan kekurangan diri sendiri. Dengan menyoroti kelemahan orang lain, seseorang bisa merasa superior atau lebih baik dari individu yang ia kritik. Namun, hal ini hanyalah ilusi sementara. Seperti cermin buram, ia tidak mampu melihat dengan jelas bahwa dirinya juga penuh dengan kekurangan.

Dalam ranah sosial, media sosial sering menjadi lahan subur bagi perilaku ini. Orang-orang dengan mudah mengumbar kritik tajam atau cibiran terhadap kehidupan orang lain, baik secara terang-terangan maupun terselubung, seakan-akan mereka berdiri di atas hukum moral yang lebih tinggi. Di balik layar ponsel, anonimitas memberi rasa aman untuk melontarkan pendapat tanpa pertanggungjawaban. Ironisnya, seringkali orang yang paling lantang mengkritik justru adalah mereka yang memiliki banyak kesalahan yang mereka sembunyikan rapat-rapat.

Aib: Cermin Diri yang Sering Dilupakan

Pepatah lama menyebut, "Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak jelas." Ungkapan ini menggambarkan betapa sering kita lebih fokus pada kesalahan kecil orang lain daripada merenungkan kesalahan besar yang kita lakukan sendiri. Manusia, dalam kelemahannya, cenderung tidak ingin melihat kekurangan sendiri. Melihat aib orang lain membuat kita merasa lebih baik tentang diri kita sendiri, namun ini hanyalah mekanisme pelarian yang dangkal.

Ketika seseorang terlalu sibuk mencari-cari kelemahan orang lain, ia tidak menyadari bahwa perbuatannya itu mencerminkan ketidakmatangan emosional. Individu yang dewasa secara emosional akan lebih cenderung introspektif, yaitu mampu melihat kekurangan diri dan berusaha memperbaikinya, ketimbang menjadikan kelemahan orang lain sebagai pelampiasan.

Dampak Sosial dari Mencari Aib Orang Lain

Tidak hanya merugikan individu secara pribadi, kebiasaan mencari aib orang lain juga memiliki dampak buruk bagi keharmonisan sosial. Pertama, hal ini menciptakan budaya saling curiga dan ketidakpercayaan. Masyarakat yang terus-menerus mencari kesalahan orang lain akan menjadi masyarakat yang penuh dengan ketegangan, dimana tidak ada ruang untuk saling mendukung dan menghargai.

Selain itu, perilaku ini memupuk rasa ketidaknyamanan dan perpecahan dalam kelompok atau komunitas. Alih-alih membangun lingkungan yang saling mendukung, kita justru mendorong orang untuk berlindung di balik topeng ketidaktulusan, demi menghindari penghakiman. Bahkan, sering kali pencarian aib orang lain disertai dengan gosip atau fitnah, yang pada akhirnya merusak reputasi dan nama baik seseorang tanpa bukti yang jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun