Tidak terasa, 16 tahun sudah Kompasiana hadir di tengah masyarakat, menjadi wadah bagi para penulis amatir maupun profesional untuk berbagi gagasan, opini, dan cerita. Bagi saya, Kompasiana bukan sekadar platform blogging, melainkan rumah yang membuat saya kembali rajin menulis setelah sekian lama tenggelam dalam rutinitas yang mengikis waktu dan inspirasi. Pengalaman ini, meskipun pribadi, saya yakini dirasakan juga oleh banyak penulis lain yang telah menemukan kembali kecintaan mereka terhadap tulisan melalui Kompasiana.
Menulis: Dulu dan Kini
Saya ingat masa-masa di mana menulis menjadi aktivitas sehari-hari yang melekat pada diri saya. Menyusun kata, merangkai kalimat, dan mencurahkan pemikiran dalam bentuk tulisan adalah cara saya untuk mengekspresikan diri, mengolah ide, dan berkomunikasi dengan dunia. Namun, seiring berjalannya waktu, kehidupan menuntut saya untuk fokus pada hal-hal lain. Rutinitas kerja, tanggung jawab keluarga, dan berbagai urusan harian membuat waktu dan energi untuk menulis semakin tergerus. Saya mulai merasa jauh dari dunia yang dulu saya cintai.
Hingga suatu hari, seorang teman merekomendasikan Kompasiana. Awalnya, saya ragu apakah saya bisa kembali menulis seperti dulu. Tapi setelah membuka platform ini dan membaca berbagai tulisan dari penulis-penulis lainnya, saya menemukan dorongan yang selama ini hilang. Melihat bagaimana orang-orang dari berbagai latar belakang berbagi cerita, ide, dan pengalaman hidup mereka melalui tulisan, saya pun terinspirasi untuk kembali menulis.
Kompasiana: Wadah untuk Semua
Salah satu hal yang membuat saya terkesan dengan Kompasiana adalah keterbukaan platform ini. Tidak ada batasan siapa yang boleh menulis, topik apa yang harus diangkat, atau gaya penulisan apa yang harus diikuti. Setiap penulis, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman, memiliki ruang yang sama untuk berekspresi. Ini adalah lingkungan yang inklusif, di mana ide-ide dapat mengalir dengan bebas tanpa rasa takut dihakimi.
Saya merasa nyaman menulis di Kompasiana, karena tidak ada tekanan untuk menjadi sempurna. Di sini, tulisan-tulisan saya bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Mulai dari tulisan ringan tentang kehidupan sehari-hari, opini mengenai isu-isu sosial, hingga refleksi pribadi tentang perjalanan hidup---semua bisa saya tuangkan dengan bebas. Kompasiana menjadi tempat di mana saya bisa berlatih menulis tanpa rasa cemas, sekaligus mendapatkan umpan balik dari pembaca lain yang memberikan apresiasi atau kritik membangun.
Komunitas yang Mendukung
Tidak hanya sekadar media untuk menulis, Kompasiana juga memiliki komunitas yang aktif dan suportif. Pembaca dan penulis saling berinteraksi, memberikan dukungan melalui komentar, dan terkadang membentuk diskusi yang mendalam. Ini menciptakan suasana yang dinamis dan menyenangkan, di mana setiap orang bisa belajar dan berkembang bersama.
Komunitas ini yang membuat saya merasa diterima kembali dalam dunia menulis. Ada kalanya, saya membaca komentar dari pembaca yang mengatakan bahwa tulisan saya memberi mereka perspektif baru atau membuat mereka berpikir lebih dalam tentang suatu isu. Respons seperti inilah yang membuat saya terus termotivasi untuk menulis. Tidak hanya itu, berinteraksi dengan penulis lain juga memperkaya wawasan saya. Saya banyak belajar dari tulisan-tulisan mereka dan bagaimana mereka memandang dunia.
Perjalanan Berkarya
Menulis di Kompasiana adalah perjalanan yang membawa saya ke banyak hal baru. Dari satu tulisan ke tulisan lainnya, saya merasa semakin percaya diri dalam menyusun kata dan gagasan. Platform ini memberi saya ruang untuk terus mengeksplorasi ide-ide yang ada di kepala saya, sambil tetap terkoneksi dengan pembaca yang memberi apresiasi atas karya-karya saya.
Selain itu, Kompasiana juga memberi kesempatan bagi penulis untuk mengembangkan keterampilan jurnalistik mereka melalui fitur-fitur seperti opini, artikel, dan bahkan liputan langsung. Saya merasa platform ini bukan hanya tempat menulis biasa, tetapi juga medium yang mendidik penulis untuk berpikir kritis, mencari informasi yang akurat, dan menyajikan tulisan yang bermutu. Semua ini menjadikan proses menulis lebih dari sekadar hobi; ini adalah proses belajar yang berkelanjutan.
Sebuah Apresiasi untuk Kompasiana
Kini, setelah sekian lama bersama Kompasiana, saya merasa bahwa platform ini telah membantu saya menemukan kembali jati diri sebagai seorang penulis. Meskipun saya bukan penulis besar atau terkenal, namun Kompasiana memberi saya ruang untuk berkarya dan merasa dihargai. Saya bisa mengatakan bahwa tanpa Kompasiana, mungkin saya tidak akan kembali menemukan semangat menulis yang selama ini saya tinggalkan.
Terima kasih kepada Kompasiana yang selama 16 tahun ini terus menjadi rumah bagi penulis-penulis dari berbagai latar belakang. Terima kasih karena telah menyediakan ruang bagi orang-orang seperti saya untuk menulis, belajar, dan berkembang. Saya berharap Kompasiana akan terus ada, menjadi tempat di mana penulis bisa bebas berbagi cerita dan pembaca bisa menemukan inspirasi. Semoga di tahun-tahun yang akan datang, platform ini semakin sukses dan membawa lebih banyak orang untuk kembali menulis.
Kompasiana bukan sekadar platform menulis, tetapi sebuah komunitas yang mendukung dan menginspirasi. Melalui Kompasiana, saya kembali menemukan kecintaan saya pada menulis, sesuatu yang sempat hilang dalam kesibukan sehari-hari. Platform ini telah membuktikan bahwa menulis bukan hanya tentang menghasilkan karya, tetapi juga tentang menyampaikan pikiran dan berbagi dengan dunia. Saya berharap, seperti halnya saya, semakin banyak orang yang terinspirasi untuk terus menulis dan berkarya melalui Kompasiana, membawa dunia literasi kita ke arah yang lebih baik.Â
HBD Kompasiana, smoga makin jaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H