Istriku, kau adalah detakÂ
di dalam jam dindingÂ
yang tak pernah lelah berputar,Â
menyusun hari demi hariÂ
seperti butiran pasirÂ
yang jatuh perlahanÂ
di tengah jam pasir,Â
mengisi ruang di antara napas kita.
Di pagi buta,Â
saat kabut masih menyelimuti bumi,Â
kau adalah cahaya pertamaÂ
yang menyentuh kulitku,Â
hangat dan pasti,Â
seperti selimut yang membungkusÂ
mimpi-mimpiÂ
dalam rasa aman yang tiada batas.
Aku melihatmu di antaraÂ
kilau matahari senja,Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!