Di balik tirai tebal,Â
kau duduk,Â
menulis nasib kamiÂ
di atas kertas emas,Â
tinta janji dan angan-anganÂ
mengalir tanpa hentiÂ
seperti sungaiÂ
yang tak tahuÂ
ke mana akan pergi.Â
Kau bicara tentang cintaÂ
kepada rakyatmu,Â
sementara tanganmu sibukÂ
menghitung detikÂ
dalam angka-angkaÂ
yang hanya kau pahami.Â
Kami menungguÂ
pada pintu yang tak pernahÂ
kau buka,Â
mengetuk dengan doa-doaÂ
yang mungkin tak pernah sampai.
Di setiap langkah,Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!