yang terbiasa
dengan kilau kaca
dan lampu kota.
Mereka mengeja harapan
dari serpihan mimpi
yang pecah di trotoar.
Pagi tiba,
matahari membelah asap
dan debu yang berat,
menampakkan wajah-wajah
yang kian pudar
di balik kertas koran
yang terbang
tanpa arah.
Di lorong sempit,
keadilan menari
dengan kaki yang pincang,
dan kemakmuran
menggelar pesta
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!