di sela-sela beton retak.Â
Di pinggir jalan,Â
seorang ibu menggambarÂ
rumah dari abu rokok,Â
menghitung waktuÂ
dengan uang recehÂ
yang jatuhÂ
satu-satu.
Gedung tinggi berdiri megah,Â
bayangannyaÂ
membungkam suara-suaraÂ
yang menuntut rotiÂ
di tengah pesta anggur.Â
Kota ini kehilangan wajah,Â
tertutup debuÂ
dan uang yang mengalirÂ
ke kantong-kantongÂ
yang sudah penuhÂ
sejak lama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!