Jejak langkah terburu,Â
menyisakan ruang kosong,Â
seperti suara yang tertahanÂ
dalam kekosongan yang membeku.
Dan kata yang lirih terucap,Â
mengalir dalam sisa nafas,Â
menjadi serpihan yang bertebarÂ
di atas langit malam yang terendam.
Aku mencintaimu
langit berserak dalam hening
setiap bintang jatuhÂ
meninggalkan celah dalam sepi.
melumatkan kesedihan dalam tiap tetes,Â
sementara malam merangkakÂ
di antara sisa yang tersisa.
Kamu di bawah tanahÂ
di batas yang tak terjelajah,Â
Aku mencintaimu
masih mencintaimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!