Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Mengapa Seniman itu Eksentrik?

15 Agustus 2024   17:30 Diperbarui: 15 Agustus 2024   19:19 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seniman sering dianggap eksentrik atau berbeda dalam masyarakat, sebuah persepsi yang muncul dari pandangan umum dan beberapa karakteristik psikologis mereka. Label ini terbentuk dari perilaku, cara pandang, dan ekspresi kreatif yang tidak lazim bagi kebanyakan orang. Melalui perspektif sosial dan psikologi kepribadian, kita dapat memahami mengapa seniman sering kali dilihat sebagai sosok yang berbeda atau bahkan 'aneh'.

Eksentrisitas biasanya dianggap sebagai perilaku atau pola pikir yang menyimpang dari norma masyarakat. Seniman sering menunjukkan gaya hidup, penampilan, atau cara berpikir yang berbeda dari yang dianggap umum. Mereka mengeksplorasi tema-tema tidak lazim, menyampaikan gagasan radikal, dan menantang konvensi sosial. Dalam masyarakat yang cenderung mengikuti aturan mapan, seniman dengan kebebasan berpikirnya sering kali tampak melawan arus, menciptakan kesan eksentrik.

Ketidakstabilan dalam kehidupan seniman, seperti finansial atau emosional, juga memperkuat persepsi ini. Banyak seniman memilih jalur yang tidak aman demi seni, yang sering dipandang tidak rasional. Contoh klasik adalah Vincent Van Gogh, yang menjalani hidup dengan gangguan mental dan kemiskinan, menguatkan stereotip seniman sebagai sosok yang tidak konvensional. Meskipun demikian, tidak semua seniman menjalani kehidupan semacam ini, tetapi karya mereka tetap dianggap eksentrik karena menyimpang dari selera umum.

Dari perspektif psikologis, seniman sering kali memiliki karakteristik unik yang berkontribusi pada persepsi eksentrisitas. Salah satunya adalah kreativitas yang tinggi, di mana seniman sering menunjukkan pemikiran divergen---kemampuan untuk melihat masalah dari sudut pandang yang tidak konvensional. Pola pikir ini membuat seniman tampak berbeda dan kadang-kadang sulit dipahami oleh orang lain.

Penelitian menunjukkan bahwa seniman cenderung memiliki tingkat keterbukaan (openness to experience) yang lebih tinggi. Mereka tertarik pada ide-ide baru, imajinasi yang hidup, dan pengalaman emosional yang beragam. Keterbukaan ini membuat mereka cenderung menyukai hal-hal yang tidak biasa dan kadang-kadang bertentangan dengan norma. Keterbukaan ini juga membuat mereka tertarik pada tema-tema gelap atau tabu, yang semakin memperkuat citra mereka sebagai sosok eksentrik.

Selain keterbukaan, seniman juga sering dikaitkan dengan tingkat neurotisisme yang lebih tinggi, yang mencerminkan kecenderungan mereka untuk mengalami emosi negatif seperti kecemasan dan depresi. Banyak seniman menggunakan seni sebagai saluran untuk mengekspresikan dan mengatasi emosi-emosi ini, yang dapat dilihat sebagai perilaku tidak biasa bagi masyarakat yang cenderung menghindari pengalaman emosional yang intens.

Seniman tidak hanya menciptakan karya seni, tetapi juga sering kali terlibat dalam pencarian makna yang mendalam. Mereka mungkin menantang norma agama, politik, atau moral yang telah mapan, serta mempertanyakan nilai-nilai yang dianggap sakral oleh masyarakat. Kebutuhan ini bisa dijelaskan melalui teori aktualisasi diri dari Abraham Maslow, di mana individu berusaha mencapai potensi penuh mereka. Seniman sering kali mengutamakan kebebasan untuk menciptakan tanpa batasan, bahkan jika itu berarti melanggar aturan atau norma.

Eksentrisitas seniman berasal dari perpaduan cara pandang masyarakat terhadap perilaku yang tidak konvensional dan karakteristik psikologis unik yang dimiliki oleh seniman. Masyarakat melihat eksentrisitas melalui lensa konformitas, sementara seniman melihat dunia dengan kreativitas dan pencarian makna yang berbeda. Perbedaan ini sering membuat mereka tampak unik dan berbeda, namun sebenarnya hal tersebut adalah bagian esensial dari proses kreatif mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun