Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema Guru di Sekolah Desa: Antara Tanggung Jawab Moral dan Beban Mengajar Terkait Tunjangan Sertifikasi

13 Agustus 2024   23:08 Diperbarui: 13 Agustus 2024   23:14 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru adalah seseorang yang dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, di balik pujian yang mereka terima, ada sejumlah masalah yang dihadapi para guru, terutama yang mengajar di sekolah-sekolah pedesaan atau di daerah terpencil. Salah satu dari banyak tantangan yang dihadapi oleh guru-guru ini adalah pertentangan yang timbul antara kewajiban moral sebagai guru dan beban mengajar yang diperlukan agar kualifikasi mereka dapat memenuhi syarat untuk tunjangan sertifikasi. 

Dalam kondisi yang sering kali kurang memadai, guru sering terdorong untuk membuat keputusan antara memenuhi syarat administratif demi mendapatkan tunjangan sertifikasi atau mempertahankan kualitas pendidikan yang mereka berikan kepada siswa.

Di sekolah-sekolah kecil dan pedesaan, guru sering kali merupakan satu-satunya sumber pendidikan formal bagi siswa. Tugas mereka bukan hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga berperan sebagai teman, pembimbing, dan kadang-kadang sebagai orang tua kedua bagi murid yang mereka ajari. 

Tanggung jawab moral ini sangat berat, terutama ketika infrastruktur sekolah tidak memadai, jumlah siswa tidak sebanding dengan jumlah guru, dan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak-anak rendah. Bagi para guru ini, memberikan pendidikan yang bermakna dan berkualitas sering kali menjadi prioritas utama, bahkan jika itu berarti bekerja di luar jam sekolah, mengorbankan waktu pribadi, atau menggunakan biaya mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran. Mereka merasa terpanggil untuk memastikan bahwa setiap siswa, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.

Di sisi lain, guru juga memiliki beban administratif yang cukup berat dalam hal tunjangan sertifikasi. Sertifikasi guru, yang pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme serta kesejahteraan guru, sering kali menjadi beban tambahan yang tidak sebanding dengan realitas di lapangan. Untuk memperoleh tunjangan sertifikasi, seorang guru harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, termasuk beban mengajar minimal, administrasi yang rumit, dan pelatihan tambahan yang sering kali tidak relevan dengan kondisi di sekolah mereka.

Khususnya di sekolah-sekolah pedesaan dan pinggiran, pemenuhan beban mengajar minimal dirasakan sebagai tantangan yang berat. Jumlah siswa yang relatif kecil, minimnya sarana, dan kurangnya rekan sejawat mendorong guru untuk mengajar lebih dari satu mata pelajaran di berbagai jenjang kelas. Kondisi ini membuat guru harus fokus pada pemenuhan beban mengajar agar tunjangan sertifikasi tetap diterima, meskipun harus mengorbankan kualitas pengajaran.

Benturan antara tanggung jawab moral dan beban mengajar terkait sertifikasi menciptakan dilema yang sulit bagi para guru. Di satu sisi, mereka ingin melaksanakan peran mereka sebagai pendidik dengan memberikan pendidikan terbaik kepada siswa. Namun di sisi lain, tuntutan untuk memenuhi persyaratan sertifikasi demi kesejahteraan diri dan keluarga tidak bisa diabaikan.

Akibatnya, banyak guru terjebak dalam rutinitas administratif dan kehilangan kesempatan untuk fokus pada pengembangan siswa. Dilema ini juga berdampak pada kualitas pendidikan yang diterima siswa di sekolah-sekolah kecil dan terpencil. Ketika guru lebih banyak menghabiskan waktu untuk tugas administratif guna mendapatkan sertifikasi, interaksi yang bermakna dengan siswa menjadi berkurang. Padahal, di lingkungan yang serba terbatas, hubungan personal antara guru dan siswa sangat penting untuk mendorong motivasi belajar dan perkembangan karakter siswa.

Masalah-masalah yang dihadapi oleh para guru di sekolah-sekolah kecil dan pedesaan membutuhkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat. Kewajiban moral sebagai pendidik dan kewajiban untuk mengajar demi mendapatkan sertifikasi seharusnya tidak saling bertentangan, tetapi sebaliknya, saling mendukung untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru. Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan sertifikasi bukan sekadar birokrasi, tetapi benar-benar berdampak pada peningkatan kompetensi dan kualitas pengajaran guru. 

Selain itu, fasilitas yang memadai, pelatihan yang relevan, dan pengurangan beban administrasi yang tidak perlu sangat diperlukan agar guru dapat fokus pada tanggung jawab moral mereka sebagai pendidik. Hanya dengan demikian, kita bisa membangun sistem pendidikan yang adil dan berkualitas, di mana semua siswa, dari seluruh lapisan masyarakat, punya hak yang sama untuk belajar dan berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun