Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Kembangkan Usaha Kecil dengan Skema Kolaborasi Tepat

3 Februari 2025   06:07 Diperbarui: 3 Februari 2025   06:07 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kembangkan Usaha Kecil dengan Skema Kolaborasi Tepat (Gambar dibuat oleh Meta AI)

Bukan hal sulit di Kota Bogor menemukan usaha kecil penjualan menu sarapan yang menyediakan: nasi uduk, lontong sayur, mi glosor, bihun goreng, gorengan dan lainnya tergantung skalanya. Saus kacang pedas menjadi teman makan penganan tersebut.

Biasanya, hidangan sudah matang ketika di bawa ke lapak. Praktis. Pembeli tinggal memilih lalu menyantap makanan kesukaan tanpa perlu menunggu proses memasak. Konsekuensinya, gorengan sebagai salah satu barang dagangan menjadi dingin seiring dengan berjalannya waktu.

Namun, tidak demikan di lapak menu sarapan ini. Tersedia kompor dan pengorengan. Bila persediaan gorengan menipis, penjual segera menggoreng lagi tempe tempe berbalut tepung, bakwan/bala bala, atau bucang (sejenis bakwan berisi kacang dadap, bukan sayuran). Demikian seterusnya hingga bahan gorengan habis.

Menggoreng tempe balut tepung (dokumen pribad)
Menggoreng tempe balut tepung (dokumen pribad)

Maka, tidak sedikit orang mendatangi tempat berdagang tersebut. Sebagian pembeli menginginkan gorengan masih hangat, enak dimakan bareng rawit di tengah cuaca dingin. Aip, pemilik lapak, cukup jeli melihat peluang itu.

Aip memakai tempat milik kakak sepupunya, Mas Wiwi, sehingga bisa menyimpan peralatan di rumah tersebut. Menyewa atau ada skemanya bagaimana, mereka hanya tersenyum ketika ditanya.

Obrolan demi obrolan berlangsung seru. Tak terasa hari mulai siang. Terlihat Aip membereskan dagangan pagi yang tersisa sedikit. Menggantikannya dengan termos isi es, air mineral, gelas-gelas, cup sealer (mesin tutup gelas plastik), blender, wadah kaca, aneka bubuk minuman saset, dan cobek.

Rupa-rupanya, kegiatan berdagang berlanjut. Dari menjual penganan sarapan di pagi hari, ke penyediaan aneka minuman es, ketroprak, dan lotek sampai pukul 20.00 WIB. Dalam pengembangannya, Aip berkolaborasi dengan sepupunya, Endang.

Spanduk menu baru (dokumen pribadi)
Spanduk menu baru (dokumen pribadi)

Endang, perempuan single parent, mahir dalam pembuatan ketoprak dan lotek (aneka sayur matang yang diaduk bersama bumbu kacang ulek).

Selama usaha beroperasi dari siang hingga malam, Aip dan Endang bergantian menyajikan minuman. Sedangkan ketoprak dan lotek ditangani oleh Endang, yang merupakan penjual hidangan pagi di tempat berbeda.

Bagaimana pembagian modalnya? Komposisi bagi hasil, atau kerugian jika ada? Komitmen kepada pemilik rumah? Bagaimana bentuk kolaborasinya?

Modal kerja dan pembelian peralatan disediakan oleh Aip. Sedangkan pertanyaan selebihnya dijawab dengan senyuman. Kata mereka, yang penting ada uang lebih untuk makan. 

Maksudnya, usaha kecil itu telah mendatangkan manfaat bagi para pihak terlibat, yaitu pemilik rumah dan dua kerabat yang berusaha.

Baiklah, barangkali kerangka pembagian hasil merupakan rahasia mereka. Saya kemudian tertarik dengan ihwal kolaborasi untuk mengembangkan usaha mereka.

Kolaborasi dalam usaha kecil di atas merupakan rencana tepat untuk meluaskan usaha, berbagi sumber daya, dan (mungkin) mendorong inovasi produktif. Manfaat kerja sama seperti di atas adalah:

  • Pengembangan usaha, dengan menambah jenis barang dagangan dan waktu operasional.
  • Memperkuat sumber daya, yaitu permodalan, tenaga, keterampilan, dan pikiran konstruktif.
  • Kemampuan beradaptasi dengan pasar. Pengembangan usaha tersebut, sedikit banyak, merupakan respons atas kondisi pasar yang senantiasa berubah.
  • Mungkin saja kolaborasi membawa perspektif baru, gagasan segar, dan solusi menghadapi kerumitan usaha.

Sebaliknya, kemitraan dalam usaha bisa mendatangkan masalah, apabila tidak tercapai kesamaan konsep dan visi usaha.

Sekian tahun yang lalu saya sempat membangun kemitraan usaha, dalam hal permodalan (serta bagi hasil sesuai proporsi kapital disetor) dan pembagian peran. Dalam perjalannya, perbedaan konsep usaha di antara pemegang saham membuat usaha berantakan. Akhirnya, kolaborasi usaha bubar.

Kolaborasi dapat membuat usaha berkembang, mampu mengoptimalkan sumber daya, dan adaptif. Di sisi lain, kerja sama berpotensi melahirkan ancaman-ancaman terhadap kelanggengan usaha.

Maka, sebelum berkolaborasi sebaiknya pelaku usaha kecil mencermati kondisi-kondisi di bawah ini:

  • Menemukan mitra yang sesuai. Bukan saingan usaha, melainkan menemukan produk yang melengkapi usaha. Di atas, Aip menggandeng kerabatnya untuk menghasilkan produk kuliner berbeda.
  • Menyampaikan tujuan jelas yang hendak dicapai. Dalam contoh di atas, Aip dan Mas Wiwi ingin memanfaatkan ruang usaha selama mungkin demi hasil lebih banyak. Caranya, mengajak Endang dalam pengembangan usaha.
  • Merancang skema kerja sama yang bermanfaat bagi pihak-pihak terlibat. Ketika digabungkan, masing-masing pihak memiliki kekuatan dan kelemahan saling melengkapi.
  • Komunikasi efektif dan transparan sebagai dasar kolaborasi yang bertahan lama. Ini akan menyelaraskan tujuan dan mengatasi masalah dengan cepat.

Kolaborasi usaha dapat meningkatkan jangkauan audiens lebih luas, produk dagangan lebih beragam. Masing-masing mitra bisa saja memiliki lingkungan pertemanan, yang jika digabungkan dapat menjadi pasar lebih luas.

Kolaborasi akan mengubah cara berusaha secara drastis, melalui perluasan ragam produk ditawarkan, pembagian kerja, dan waktu operasional. Ia menciptakan ruang untuk pertumbuhan, inovasi, dan perluasan pasar.

Skema kolaborasi tepat membuat usaha kecil makin berkembang. Juga menghasilkan manfaat bagi para pihak terlibat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun