BARBERSHOP Menjamur? Bisa iya, bisa tidak. Saya tidak begitu memperhatikan. Juga tidak memiliki data statistik, yang dapat menggambarkan pertumbuhan barbershop dalam satu periode tertentu di Kota Bogor .
Namun, setidaknya dalam radius satu setengah kilometer dari tempat tinggal, dalam tiga tahun terakhir tampak gerai barbershop baru. Ada tiga atau empat, tetapi belakangan mereka tutup.
Mengenali barbershop tidak sulit. Ada lampu merah putih biru berputar (barber pole) di depan gerai.
Interior berpendingin udara. Terlihat dari komponen outdoor yang ditaruh di luar. Dari balik kaca tampak blower.
Jujur, saya belum pernah memasuki apalagi mencobanya. Jadi tidak bisa menilai suasana ruang dalam. Ada beberapa pertimbangan mengapa saya belum memanfaatkan jasa penata rambut di barbershop.
Pertama, harga mungkin lebih mahal ketimbang di tukang cukur langganan.Â
Satu tempat hang-out di jalan Walet, Kota Bogor, menyediakan layanan potong kuku dan barbershop, selain makan dan minum. Untuk mendapatkan layanan cukur, terlebih dahulu pelanggan mesti bikin perjanjian. Kayak konsultasi dengan dokter spesialis saja.
Harganya pun spesial: Rp100.000! Itu setara dengan dua tiga bulan K-Rewards yang saya dapatkan. Bagi mereka yang rutin mendapat gaji sih oke saja. Lha saya? Bisa gempor! Lha wong tiap bulan gajian pada tanggal 34.
Kedua. Saya tidak butuh potongan stylish, yang memerlukan kecermatan tinggi dengan pelayanan luar biasa di tempat berpendingin udara. Tidak perlu.
Langganan saya adalah kios potong rambut tidak jauh dari rumah. Atau, di tempat berbeda dengan layanan sama.